Ridwan Kamil Ternyata Telah Laporkan Lisa Mariana ke Mabes Polri pada 11 April 2025
Dunia sedang menghadapi berbagai tantangan, baik dari sisi ekonomi, politik, lingkungan, keamanan hingga ketahanan pangan. Indonesia juga terdampak dan ada ancaman polarisasi yang mengancam keutuhan bangsa.
Di tengah kondisi ini, perlu oase spiritual yang menyejukkan. Tarekat dan laku sufisme menjadi jalan penting untuk mengawal bangsa di tengah laku tirakat, efisiensi anggaran, serta tantangan global dan domestik yang terjadi.
Oleh karena itu, para musryid dan ulama tarekat dari berbagai kalangan mendeklarasikan Jam'iyyah Ahlussunnah al-Mu'tabarah Ahlussunnah wal Jamaah (JATMA Aswaja).
Organisasi ini lahir pada 17 Ramadhan 1446 H lalu, yang sudah resmi disahkan oleh Kementerian Hukum melalui Keputusan Menteri Hukum Nomor AHU-0001630.AH.01.07.Tahun 2025, tentang Pengesahan Pendirian Perkumpulan Jamiyyah Ahlith Thariqah Almutabarah Ahlussunnah Wal Jamaah.
Organisasi ini dipimpin Muhammad Lutfi bin Yahya (Maulana Habib Lutfi) sebagai Ketua Umum dan Helmy Faishal Zaini sebagai Sekretaris Jenderal.
JATMA Aswaja dideklarasikan di Kanzus Shalawat Pekalongan, Jumat (18/4/2025) di hadapan puluhan ribu jam'iyyah yang menghadiri Dzikir dan Pengajian Jumat Kliwon.
Wakil Sekjen JATMA Aswaja M Hasan didampingi Maulana Habib Luthfi bin Yahya dan Sekjen Helmy Faishal Zainidan jajaran pengurus membacakan Ikhbar peresmian JATMA Aswaja di hadapan puluhan ribu jamaah.
Helmy Faishal Zaini menjelaskan bahwa organisasi ini dibangun di atas dua pilar utama, yakni pertama, membangun transendentalisme dan kedua, pemberdayaan ekonomi ummat.
"Menjadikan thariqah sebagai jalan penguatan hubungan antara hamba dan Allah. Dalam dunia yang penuh distraksi, manusia membutuhkan ruang sunyi dan thariqah menyediakan ruang itu secara sistematis. Dzikir, suluk, dan adab kepada mursyid bukanlah praktik yang asing dari kehidupan sosial, tetapi justru menjadi fondasi kesalehan publik. JATMA ASWAJA mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali pada tradisi dzikir berjamaah, pengajian thariqah, dan penguatan sanad keilmuan serta ruhaniyah," ungkapnya.
Selain itu ia menjelaskan bahwa spirit thariqah tidak anti dunia. Sebaliknya, thariqah mendorong umat untuk memakmurkan bumi.
Perlunya Reformasi Kebijakan untuk Pertanggungjawaban Kerugian Masyarakat oleh Korupsi Pertamina
Dia menegaskam, JATMA ASWAJA berkomitmen menjalankan dakwah integral, menyucikan jiwa dan memandirikan ekonomi. Melalui jaringan koperasi, pemberdayaan UMKM, hingga gerakan filantropi berbasis pesantren dan zawiyah, pihaknya ingin memastikan bahwa para pengamal thariqah tidak hanya kuat secara ruhani, tetapi juga tangguh secara ekonomi dan sosial.
Helmy Faishal menambahkan, organisasi ini berdiri di atas nilai-nilai Islam Wasathiyah, konsep Islam pertengahan yang menolak ekstremisme dan keberagamaan yang kaku.
"Prinsip-prinsip tawasuth (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), dan i’tidal (adil) menjadi nilai yang tak terpisahkan dari praktik thariqah sejak dulu," jelasnya.
Dia mengungkapkan, bahwa para mursyid Thariqoh mengajarkan bahwa beragama jangan sampai kehilangan kontak dengan realitas.
"Karena esensi beragama adalah mengajarkan tentang generosity, yakni sikap kedermawanan, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin. Ini menjadi penting untuk konteks global dan domestik sekarang ini, yang relevan dengan kondisi bangsa," tegasnya.
Menurut Helmy Faishal Zaini, para mursyid thariqah sejak zaman Wali Songo hingga hari ini, telah menjadi penjaga keindahan Islam melalui pendekatan yang lembut, santun, dan merangkul.
"Kami berkomitmen untuk meneruskan warisan itu: menjaga harmoni antarumat, merawat keberagaman dalam bingkai ukhuwah insaniyah, dan meneguhkan kembali akhlakul karimah sebagai ruh peradaban," terang Helmy Faishal Zaini yang juga pernah menjabat Sekretaris Jenderal PBNU periode 2015-2021 dan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (2009-2014).
Pendirian organisasi ini menurut Helmy Faishal, bukan sekadar pembentukan struktur organisasi.
"JATMA Aswaja merupakan penanda zaman bahwa spiritualitas Islam masih memiliki tempat di tengah dunia yang serba cepat dan dangkal. Ia adalah suara para pecinta Tuhan, yang berjalan dalam diam tapi mengubah banyak hal," tegasnya.
Helmy Faishal berharap, melalui JATMA ASWAJA akan lahir generasi baru pengamal thariqah, yang tidak hanya fasih dalam wirid dan dzikir, tapi juga bijak dalam memimpin umat, adil dalam bermuamalah, dan kokoh dalam menjaga bangsa dari polarisasi dan perpecahan.