Kenapa Mesir Tidak Membantu Rafah Padahal Berbatasan Langsung? Ternyata Ini Alasannya

Kenapa Mesir Tidak Membantu Rafah Padahal Berbatasan Langsung? Ternyata Ini Alasannya

Global | sindonews | Kamis, 9 Mei 2024 - 15:01
share

Kenapa Mesir tidak membantu warga Palestina di Rafah padahal negara tersebut berbatasan langsung dengan kota tersebut?

Pertanyaan ini kerap muncul mengingat Mesir merupakan salah satu negara mayoritas Islam yang mengutuk tindakan Israel.

Pada Februari lalu, lebih dari 1,5 juta warga sipil Palestina berlindung di kota Rafah di Gaza selatan setelah berulang kali mendapat serangan dari berbagai sisi dari militer Israel.

Kota Rafah yang awalnya berpenduduk 250.000 jiwa, kini menjadi rumah bagi lebih dari separuh penduduk Gaza. Mereka semua berlindung untuk mempertahankan nyawa dari perang dan kelaparan yang terus menghantui.

Meskipun Rafah merupakan kota yang berbatasan langsung dengan Mesir, rupanya hal ini tak membuat warga Palestina yang mengungsi merasa aman. Sebab pihak mesir enggan membukakan pintunya untuk para pengungsi.

Membuat Mesir menjadi satu-satunya negara selain Israel yang berbatasan dengan Gaza, menolak tekanan untuk menerima pengungsi Palestina yang dipindahkan oleh Israel.

Laporan dari New York Post, mengindikasikan para pejabat Israel telah mencoba melobi dukungan internasional untuk memaksa Mesir menerima pengungsi dari Gaza.

Penyebab Mesir Tidak Membantu Rafah

Salah satu penyebab Mesir tidak memberi bantuan terhadap Rafah adalah kekhawatiran mereka akan terjadinya pengungsian permanen dan meluasnya konflik.

Membuktikan jika Mesir tidak ingin terseret ke dalam perang. Karena jika ada militan yang masuk ke wilayah Mesir tentunya akan membuat Israel memperluas serangannya.

Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengatakan pada awal perang bahwa ia yakin Israel berusaha mendorong warga Palestina masuk ke negaranya dengan membatasi pasokan makanan, obat-obatan, bahan bakar, air, dan kebutuhan pokok lainnya di wilayah Rafah.

Namun Pemerintah Israel menentang niatan tersebut, walau beberapa anggota koalisi sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang lebih ekstrem telah menyerukan agar warga Palestina diusir.

Ungkapan inilah yang membuat warga Mesir dan Palestina gelisah mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya.

Bahkan dalam beberapa pekan terakhir, para diplomat Mesir telah memberi isyarat kepada beberapa rekan mereka di Barat bahwa Mesir dapat menangguhkan perjanjian perdamaian tahun 1979 dengan Israel jika serangan Israel di Rafah mendorong orang-orang ke Sinai.

Selain tidak memberikan akses bagi pengungsi Palestina masuk ke wilayahnya, Mesir diketahui tengah membangun tembok di dekat perbatasan. Hal tersebut terlihat melalui foto satelit belum lama ini menurut NPR.

Ini tentunya hal yang tak wajar ditunjukkan oleh negara tetangga. Mengingat ketika Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina dua tahun lalu, jutaan warga Ukraina berbondong-bondong datang ke negara tetangga Polandia, yang menyambut kedatangan mereka.

Kemudian ketika Suriah dilanda perang saudara pada tahun 2011, jutaan orang melarikan diri ke negara-negara tetangga.

Topik Menarik