AS Setop Pasok Bom saat Israel Invasi Rafah, Zionis Frustrasi

AS Setop Pasok Bom saat Israel Invasi Rafah, Zionis Frustrasi

Global | sindonews | Kamis, 9 Mei 2024 - 06:19
share

Amerika Serikat (AS) menghentikan pengiriman bom ke Israel ketika militer Zionis nekat meluncurkan invasi darat ke Rafah, Gaza selatan. Ini merupakan keputusan tidak biasa, mengingat Zionis merupakan sekutu utama Washington.

Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Rabu bahwa bom yang dipasok Amerika ke Israel—dan kini dihentikan pengirimannya—dalam perang melawan Hamas telah digunakan untuk membunuh warga sipil Palestina.

“Warga sipil telah terbunuh di Gaza sebagai akibat dari bom-bom tersebut dan cara-cara lain yang mereka lakukan untuk menyerang pusat-pusat pemukiman,” katanya dalam sebuah wawancara dengan CNN, ketika ditanya tentang bom seberat 2.000 pon yang dikirim ke Israel, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (9/5/2024).

Kepala Pentagon atau Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga mengonfirmasi penghentian pasokan bom ke Israel sejak pekan lalu karena kekhawatiran akan operasi darat di kota Rafah.

Baca Juga: Serangan Israel ke Rafah Dapat Restu Amerika Serikat

Washington belum memutuskan nasib akhir bom-bom tersebut tetapi khawatir tentang kemungkinan penggunaannya di Palestina.

“Kami akan terus melakukan apa yang diperlukan untuk memastikan bahwa Israel memiliki sarana untuk mempertahankan diri,” kata Austin.

“Namun demikian, kami saat ini sedang meninjau beberapa pengiriman bantuan keamanan jangka pendek dalam konteks peristiwa yang sedang berlangsung di Rafah.”Pernyataan bos Pentagon itu muncul ketika tank dan pasukan Israel memasuki distrik timur Rafah sejak Senin malam, merebut perbatasan utama antara Gaza dan Mesir. Hal ini didahului dengan serangan udara terhadap kota padat penduduk tersebut.

“Kami sudah sangat jelas mengenai langkah-langkah yang kami ingin Israel perhitungkan, untuk menjaga warga sipil sebelum pertempuran besar terjadi,” kata Austin.

“Kami tentunya ingin tidak ada pertempuran besar yang terjadi di Rafah, namun fokus kami adalah memastikan kami melindungi warga sipil.”

Menurut Financial Times, penghentian pasokan itu akan menandai contoh pertama Amerika Serikat menahan pengiriman senjata ke Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober dan invasi balasan secara brutal oleh militer Zionis. Pemerintahan Biden dilaporkan telah menyetujui lebih dari 100 pengiriman senjata ke Israel sejak 7 Oktober.

Media tersebut juga mengutip seorang pejabat senior AS yang tidak disebutkan namanya yang mengeklaim bahwa pengiriman yang dihentikan itu mencakup 1.800 bom seberat 2.000 pon dan 1.700 bom seberat 500 pon.

Tidak ada penundaan yang terkait dengan pendanaan tambahan sebesar USD14,1 miliar untuk Israel yang disahkan bulan lalu, menurut pejabat senior tersebut.

“Kami berkomitmen untuk memastikan Israel mendapatkan setiap dolar yang dialokasikan sebagai tambahan,” katanya, seraya menambahkan bahwa Washington baru saja menyetujui senjata dan peralatan senilai USD827 juta untuk Israel.

Meskipun meremehkan perselisihan tersebut di depan umum, NBC mengutip seorang pejabat Israel yang mengatakan bahwa ada rasa frustrasi yang mendalam di Israel atas keputusan AS.

Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, mengatakan kepada Channel 12 News bahwa dia tidak yakin AS akan berhenti memasok senjata ke Israel namun menyebut keputusan tersebut “sangat mengecewakan.”

Juru bicara militer Zionis Daniel Hagari mengatakan bahwa Israel dan AS akan menyelesaikan perselisihan apa pun “di balik pintu tertutup.”

Namun, seorang pejabat Israel dilaporkan mengatakan bahwa ketegangan sudah memuncak setelah Israel merasa AS membiarkannya. “Terbutakan oleh pengumuman Hamas awal pekan ini bahwa mereka menerima versi proposal gencatan senjata,” katanya.

Topik Menarik