Ritual Tradisional Umbul Dongo, Cara Kelurahan Jagalan Solo Rawat Kearifan Lokal

Ritual Tradisional Umbul Dongo, Cara Kelurahan Jagalan Solo Rawat Kearifan Lokal

Gaya Hidup | semarang.inews.id | Senin, 27 Mei 2024 - 08:40
share

SOLO, iNewsSemarang.id - Kelurahan Jagalan, Kota Solo, menggelar tradisi Umbul Dongo, sebuah ritual tradisional yang bertujuan untuk memohon keberkahan dan kelancaran rangkaian kegiatan Hajatan Ageng Kelurahan Jagalan.

Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat, seniman, serta pemuda setempat, yang semuanya berkolaborasi demi kesuksesan acara.

"Kolaborasi ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh seni dan budaya yang kami hormati. Umbul Dongo bertujuan untuk meruat alam dan manusia di Jagalan agar selalu rukun dan maju bersama," kata Anggoro, Ketua Pokdarwis Kelurahan Jagalan.

Acara Umbul Dongo dilaksanakan pada Sabtu (25/5) malam dengan melibatkan doa-doa serta ritual yang bertujuan untuk membersihkan dan menyucikan lingkungan sekitar. "Dengan Umbul Dongo, kita berharap semua rangkaian acara Hajatan Ageng dapat berjalan lancar tanpa halangan," ujarnya.

Ki Lawu Arta, salah satu tokoh budaya yang turut hadir, menjelaskan makna mendalam di balik ritual ini. "Kirab budaya Lembu Miluhur ini sebenarnya mengajarkan kita untuk menghargai keheningan sebagai sumber kekuatan alam semesta. Dalam keheningan, kita menemukan energi yang luar biasa," jelasnya.

Dia menekankan pentingnya menjaga adat dan budaya sebagai kekuatan bangsa. "Adat dan budaya adalah pondasi kekuatan bangsa. Dengan merawat bumi dan manusia secara simbolis, kita berharap bisa menciptakan harmoni dan keseimbangan," ujarnya.

Acara puncak digelar tanggal 26 Mei 2024, dimulai dari titik kumpul di SMP 20 Solo. Kirab budaya diakhiri dengan upacara adat yang menampilkan berbagai simbol kehidupan, seperti empat anasir alam: air, tanah, angin, dan api.

"Kegiatan ini bertujuan untuk mengangkat kembali nilai-nilai lokal dan tradisi yang hampir terlupakan. Hajatan Ageng harus diawali dengan upacara adat yang kuat dan bermakna, seperti bersih-bersih sungai, yang merupakan simbol pemurnian dan kebersihan," jelas Ki Lawu Arta.

Kegiatan ini diharapkan dapat mempererat tali silaturahmi antarwarga serta memperkuat rasa cinta terhadap budaya dan tradisi lokal.

Topik Menarik