Invasi Mobil Listrik China Bikin Produsen Amerika Ciut, Lebih Berbahaya dari Ekspansi Jepang
JAKARTA, iNews.id - Brand asal China terus berusaha memperluas pasar mereka di wilayah Amerika Serikat (AS). Meski Presiden Donald Trump sudah menerapkan pajak tinggi, tapi mereka terus berusaha mencari celah agar tak terkena pajak tersebut. Kondisi ini dinilai mengancam produsen mobil lokal bangkrut.
CEO Ford Jim Farley mengatakan sebagian besar produsen mobil besar di AS sekarang memahami skala gangguan yang akan dibawa merek-merek China ke pasar mobil global. Dia menilai gempuran mobil China lebih besar ketimbang gelombag kendaraan asal Jepang pada 1980-an.
"Saya pikir itu hal yang persis sama, tetapi itu menggunakan steroid. Mereka memiliki kapasitas yang cukup di China dengan pabrik yang ada untuk melayani seluruh pasar Amerika Utara, membuat kami semua keluar dari bisnis," ujar Farley seperti dikutip dari Carscoops, Rabu (5/11/2025).
"Jepang tidak pernah memiliki itu. Jadi, ini adalah tingkat risiko yang sama sekali berbeda untuk industri kami," katanya.
Pameran GIIAS The Series 2025 Berakhir, Total Dihadiri Lebih dari Setengah Juta Pengunjung
Pada 1980-an, Jepang memproduksi lebih dari 11 juta kendaraan. Itu sebuah lonjakan yang mendorong Presiden Ronald Reagan saat itu untuk memberlakukan pembatasan ekspor sukarela pada impor Jepang. Hari ini, keadaannya berbeda tetapi kegelisahan tetap sama seperti di masa lalu.
Saat ini, mobil listrik China dilarang dijual di Amerika Serikat, mengisolasi merek lokal untuk saat ini. Namun Ford, yang beroperasi di panggung global, tidak dapat mengandalkan geografi untuk menjual produknya dengan tenang di sejumlah negara.
"(Pabrikan China) memiliki teknologi dalam kendaraan yang jauh lebih unggul. Teknologi Huawei dan Xiaomi ada di setiap mobil. Anda masuk, Anda tidak perlu memasangkan ponsel Anda. Secara otomatis, seluruh kehidupan digital Anda dicerminkan di dalam mobil," ujar Farley.
Dia merasa saat ini persaingan bukan hanya tentang mobil listrik, tapi dominasi teknologi dari brand asal China secara global. Sebab, ini menjadi nilai jual mereka dan memasarkannya dengan harga yang jauh di bawah rivalnya.
"Kami sedang bertarung sengan China secara global dan ini bukan hanya tentang EV. Kalau kami kalah dalam hal ini, tidak ada masa depan untuk Ford. China adalah 'gorilla 700 pon' di industri kendaraan listrik. Mereka benar-benar mendominasi pasar global dan akan semakin besar di luar negeri," ujarnya.
Farley juga mengatakan saat ini porsi kendaraan listrik asal China akan bertahan di sekitar 5 persen dalam waktu dekat, sebelum meningkat seiring hadirnya model dengan harga lebih terjangkau.


