Bisakah Mobil Listrik Dihack? Simak Penjelasan Lengkapnya
Mobil listrik kini hadir bukan hanya sebagai alternatif ramah lingkungan, tetapi juga sebagai kendaraan canggih yang penuh fitur digital. Namun muncul pertanyaan terkait bisakah teknologi otomotif ini diretas atau terkena serangan hacker.
Jawabannya adalah ya, mobil listrik bisa diretas, seperti halnya perangkat digital lainnya. Sebagian besar mobil listrik berbasis pada sistem operasi dan perangkat lunak yang terhubung ke jaringan.
Celah keamanan dalam sistem ini bisa dimanfaatkan oleh peretas untuk mengakses, mengontrol, bahkan membahayakan kendaraan.
Salah satu contoh paling terkenal adalah ketika para peneliti keamanan dari perusahaan cybersecurity berhasil meretas Tesla Model S pada 2015.
Mereka menunjukkan bahwa sistem kendali seperti rem, pintu, dan layar sentuh bisa dikendalikan dari jarak jauh. Meski Tesla segera memperbaiki celah itu, kejadian ini membuktikan bahwa risiko keamanan pada mobil listrik itu nyata.Mobil listrik menggunakan Electronic Control Units (ECU) untuk mengatur berbagai fungsi kendaraan. ECU terhubung melalui jaringan internal (CAN bus) yang bisa dieksploitasi jika seseorang berhasil masuk ke dalam sistem, misalnya lewat konektivitas Bluetooth, WiFi, atau port diagnostik (OBD).
Fitur over-the-air (OTA) update yang memungkinkan pabrikan memperbarui sistem mobil dari jarak jauh juga menjadi target potensial. Jika sistem update tidak dienkripsi atau dilindungi dengan baik, hacker bisa menyusup dan mengirimkan pembaruan palsu yang berbahaya ke mobil.
Selain itu, aplikasi smartphone yang terhubung ke mobil juga menjadi jalur serangan. Banyak mobil listrik saat ini dapat dikendalikan melalui aplikasi—menghidupkan mesin, membuka pintu, hingga melacak lokasi. Jika akun pengguna diretas, maka hacker bisa memperoleh kontrol langsung atas mobil.Peretasan tidak selalu harus rumit. Kadang, kesalahan pengguna seperti menggunakan password yang lemah atau tidak mengupdate sistem perangkat lunak juga membuka celah bagi penyerang. Maka dari itu, edukasi pengguna menjadi penting dalam menjaga keamanan kendaraan.
Beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Jerman, telah mulai mengembangkan standar keamanan siber kendaraan. Produsen mobil besar pun kini memiliki tim keamanan digital untuk menguji dan memperbaiki celah dalam sistem mereka sebelum digunakan secara luas.Tesla, misalnya, secara rutin mengadakan program bug bounty, yaitu memberi imbalan bagi siapa pun yang menemukan dan melaporkan celah keamanan dalam sistem mereka. Strategi ini membantu perusahaan tetap berada selangkah di depan para peretas jahat.
Di sisi lain, mobil listrik yang aman dari sisi keamanan digital bukanlah sesuatu yang mustahil. Dengan kombinasi antara sistem keamanan berlapis, pembaruan rutin, penggunaan enkripsi canggih, dan edukasi pengguna, risiko bisa diminimalkan secara signifikan.
Kesimpulannya, mobil listrik memang bisa diretas, namun risiko ini bisa dikelola. Seiring berkembangnya teknologi otomotif dan kesadaran keamanan digital, perlindungan terhadap mobil listrik akansemakinkuat.