Strategi Merek Jepang Melawan Gempuran Mobil Listrik China di Indonesia

Strategi Merek Jepang Melawan Gempuran Mobil Listrik China di Indonesia

Otomotif | sindonews | Rabu, 11 Juni 2025 - 18:03
share

Produsen mobil Jepang hadapi persaingan ketat dari merek-merek asal China, seperti BYD, Chery, dan GAC AION yang kini mulai merangsek naik dengan menawarkan teknologi canggih dan tentunya harga yang jauh lebih murah.

BACA JUGA - Soal Mobil Listrik, China Gagal Luluhkan EropaMenurut laporan baru Bloomberg antara tahun 2019 dan 2024, produsen mobil Jepang mengalami penurunan pangsa pasar paling tajam di China, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Indonesia, menurut analisis Bloomberg terhadap data penjualan dan registrasi.

Dan untuk mengimbangi gempuran mobil-mobil China khusunya di Indonesia, SindoNews melihat pabrikan otomotif Jepang sendiri tidak ambil diam, di Indonesia lebih banyak menghadirkan mobil hybrid kepada konsumen, dengan pertimbangan infrastruktur yang lebih mudah dan harga kompetitif.

Terbukti setelah Toyota Innova Zenix sukses diterima pasaran Indonesia, merek-merek seperti Suzuki dan Honda beramai-ramai menghadirkan mobil Hybrid.

Melihat fenomena tersebut, artinya brand Jepang bergerak cepatAgar tak tersingkir oleh mobil listrik China, Merek Jepang baikya mendorong Indonesia untuk optimalisasi produksi lokal atau peningkatan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) dapat disebut bisa membantu pabrikan buat menurunkan harga mobil hybrid mereka di Indonesia.

Strategisnya Toyota (dan merek-merek Jepang lainnya) bisa melakukan lobbying insentif eksklusif dari pemerintah untuk produksi hybrid lokal.

Kemudian gencar melakukan sosialisasi serta edukasi kepada para konsumen yang ada di Indonesia. Harapannya agar pelanggan tetap loyal dan tidak beralih di tengah gempuran produk China.

Strategi itu cukup tepat, pasalnya Jepang mengeluarkan kebijakan yang ambisius dengan menetapkan target penggunaan biofuel di sektor otomotif pada tahun 2030. Langkah ini dilakukan untuk menekan emisi karbon tanpa bergantung pada mobil listrik, dengan target pengurangan karbon signifikan pada sektor transportasi hingga tahun 2040.

Pemerintah Jepang akan segera meluncurkan kebijakan baru yang bertujuan untuk menjadikan industri otomotif lebih ramah lingkungan. Berbeda dengan banyak negara lain yang lebih fokus pada elektrifikasi kendaraan, Jepang memilih untuk mengembangkan biofuel sebagai alternatif untuk mengurangi emisi karbon.

Inisiatif ini diharapkan dapat membawa perubahan signifikan pada sektor transportasi Jepang, yang selama ini dikenal sebagai pusat industri otomotif global.

Kebijakan ini, yang diumumkan melalui Kementerian Perindustrian Jepang, menunjukkan komitmen kuat pemerintah dalam mendukung penggunaan energi berkelanjutan.

Mulai tahun 2030, produsen mobil di Jepang akan diwajibkan untuk memproduksi kendaraan yang dapat menggunakan biofuel. Rencana ini juga mencakup dukungan bagi sektor penyedia bahan bakar, yang akan didorong untuk meningkatkan produksi bioetanol sebagai pengganti bahan bakar fosil.

Inisiatif ini merupakan langkah penting bagi Jepang dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global, terutama dengan meningkatnya permintaan akan kendaraan ramah lingkungan di pasar internasional. Diperkirakan, langkah ini akan mendorong inovasi dalam teknologi otomotif Jepang dan berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca di seluruh dunia.

Pemerintah Jepang tidak hanya akan memberikan tekanan pada produsen otomotif, tetapi juga akan mendorong sektor bahan bakar untuk memproduksi bioetanol dalam jumlah yang memadai sebagai bahan bakar kendaraan. Sasaran awal pemerintah adalah agar bioetanol mencapai 10 persen dari total konsumsi bahan bakar pada tahun 2030, dan meningkat menjadi 20 persen pada tahun 2040.

Untuk mencapai hal ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah dan produsen bahan bakar guna memastikan pasokan biofuel tetap terjaga dan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

Topik Menarik