OPEC Dikhawatirkan Tak Tingkatkan Produksi, Harga Minyak Mentah Naik

OPEC Dikhawatirkan Tak Tingkatkan Produksi, Harga Minyak Mentah Naik

Otomotif | BuddyKu | Sabtu, 16 Juli 2022 - 08:00
share

NEW YORK, iNews.id - Harga minyak mentah dunia ditutup naik pada perdagangan Jumat (15/7/2022) atau Sabtu (16/7/2022) WIB. Hal itu, dipicu kekhawatiran investor bahwa OPEC tak meningkatkan produksi minyak mentah secara signifikan dalam waktu dekat.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 2,06 dolar AS atau 2,1 persen, menjadi menetap di 101,16 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 1,81 dolar AS atau 1,9 persen, menetap ditutup di 97,59 dolar AS per barel.

Kedua kontrak acuan tersebut mengalami penurunan persentase mingguan terbesar dalam waktu sekitar satu bulan, sebagian besar di tengah kekhawatiran bahwa resesi yang mendekat akan memangkas permintaan.

Hal itu membuat minyak Brent kehilangan 5,5 persen dalam penurunan mingguan ketiga, sementara WTI turun 6,9 persen dalam penurunan mingguan kedua.

Kenaikan minyak terjadi selama kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, ke Arab Saudi. Joe Biden, didorong oleh kepentingan energi dan keamanan, tiba di Jeddah pada Jumat (15/7/2022), dan diperkirakan akan meminta Arab Saudi untuk memompa lebih banyak minyak.

Reuters melaporkan, AS tidak mengharapkan Arab Saudi untuk segera meningkatkan produksi minyak dan mengincar hasil pertemuan OPEC+ berikutnya pada 3 Agustus 2022.

Jika pasar mengharapkan pengumuman antara Presiden Biden dan (Putra Mahkota Saudi) Mohammed Bin Salman bahwa produksi minyak akan ditingkatkan, mereka akan kecewa, kata Andrew Lipow, dari Lipow Oil Associates di Houston.

Menurut dia, AS masih dapat mengamankan komitmen bahwa OPEC akan meningkatkan produksi dalam beberapa bulan ke depan dengan harapan akan memberikan sinyal ke pasar bahwa pasokan akan datang jika diperlukan.

Saya pikir dalam beberapa minggu mendatang, terutama pada pertemuan OPEC mendatang, kita mungkin melihat peningkatan produksi dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, ujar Andrew Lipow.

Sementara itu, pasokan minyak diperkirakan meningkat dalam waktu dekat, seiring peningkatan produksi di AS dan Libya. Jumlah rig minyak AS, naik tipis dua rig menjadi 599 rig minggu ini ke level tertinggi sejak Maret 2020.

Selain itu, pasokan minyak dari Libya diperkirakan akan mengguyur pasar setelah dicabutnya pembekuan produksi minyak negara itu oleh negara-negara yang memboikot minyak Libya. Pencabutan force majeure pada produksi minyak mentah Libya mengindikasikan ada pasokan sekitar 850.000 barel per hari.

Meski demikian, analis memperkirakan tekanan lanjutan pada minyak akan terjadi akibat kekhawatiran atas ekonomi global. Brent telah turun secara nyata di bawah 100 dolar AS per barel minggu ini. Kemungkinan akan terus meluncur mengingat kekhawatiran resesi mungkin tidak akan mereda untuk saat ini, kata Commerzbank dalam sebuah catatan.

Selain itu, sentimen pasar bearish juga mengikuti wabah Covid-19 baru di China, yang telah menghambat pemulihan permintaan minyak. Throughput kilang China pada Juni menyusut hampir 10 persen dari tahun sebelumnya, dengan produksi untuk semesterI 2022 jatuh 6,0 persen, merupakan penurunan yang pertama sejak 2011.

Topik Menarik