Kokoh Menolak Timnas Israel, Sikap Indonesia Dipuji Dunia Arab

Kokoh Menolak Timnas Israel, Sikap Indonesia Dipuji Dunia Arab

Olahraga | BuddyKu | Minggu, 2 April 2023 - 10:59
share

JAKARTA - Pembatalan FIFA atas Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 tentu membuat kecewa. Tetapi, sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi, kita tidak boleh larut dalam kekecewaan ini. Apalagi sampai putus asa, seolah tidak akan ada lagi mentari pagi yang terbit di esok hari.

Timnas U-20 Indonesia masih memiliki banyak kesempatan untuk bisa bertanding di berbagai ajang internasional, di antaranya ; Sea Games, Asian Games, Piala AFF, Olimpiade 2024, bahkan Piala Dunia U-20 di masa mendatang dengan jalur kualifikasi. Yang terpenting, jalan panjang dan kesempatan yang membentang itu harus ditatap dengan sikap optimisme, mental petarung, dan semangat anak muda yang pantang menyerah.

KPK Optimis Gugatan Praperadilan Lukas Enembe Ditolak Hakim

Pada saat yang sama, kita juga harus berpikir jernih dan positif, serta tidak perlu menyalahkan satu sama lain. Saudara-saudara kita yang menolak kehadiran Timnas Israel, sesungguhnya tidak sedang dalam rangka mengubur mimpi Timnas U-20, tetapi sedang menjalankan amanat konstitusi dan memilih maslahat yang lebih besar untuk Tanah Air tercinta, Indonesia.

Batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, harus dijadikan momentum untuk mempersiapkan diri lebih matang. Bagi atlet yang yang termasuk ke dalam Timnas U-20, peristiwa ini harus disambut dengan kembali berlatih lebih keras lagi. Sedangkan bagi pemerintah, apa yang telah dibangun untuk persiapan Piala U-20 tidak perlu dihitung sebagai kerugian, karena tentu bermanfaat juga untuk para atlet sepak bola Indonesia berlatih dan bertanding. Nyatanya, kita semua memiliki cita-cita yang sama dan sepakat, yaitu ingin membangun sepak bola Indonesia yang berkemajuan, bukan?

Tinggalkan Rumah Sakit Setelah 3 Hari Dirawat, Paus Fransiskus: Saya Masih Hidup

Pujian Dunia Arab untuk Indonesia

Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan, bahwa kabar batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 menjadi perbincangan dunia Arab, termasuk di Tunisia, tempat penulis belajar. Maklum, Tunisia sebagai negeri kecil yang berpenduduk 12 juta jiwa ini memiliki perhatian besar pada sepak bola. Bahkan, Timnas utama Tunisia lolos ke dalam Piala Dunia 2022 yang digelar di Qatar tahun lalu. Pada tahun ini pun, Timnas mudanya juga lolos menjadi peserta Piala Dunia U-20 melalui jalur kualifikasi.

Harian Al Shabah, koran terpopuler di Tunisia edisi 30 Maret 2023 menulis dalam salah satu kolomnya dengan judul, "Resmi.. FIFA Cabut Penyelenggaraan Piala Dunia U-20 dari Indonesia". Footbal Tunisien dalam halaman resmi Facebooknya memposting berita yang sama. Menariknya, warga Tunisia justru merespons berita ini dengan positif.

Akun bernama Hassin Chkioua, pada kolom komentar akun facebook Footbal Tunisien menulis, "Segenap ucapan terima kasih, penghargaan, dan penghormatan untuk Indonesia". Begitu juga akun bernama Samir Slimani mengatakan, "Sikap terhormat". Dan masih banyak lagi pujian dan penghormatan untuk Indonesia dengan poin yang sama, yaitu keteguhan Indonesia dalam membela Palestina dan menentang penjajahan Israel.

Tentu, dunia seharusnya tidak menutup diri, bahwa sampai saat ini Israel masih terus merampas hak-hak bangsa Palestina, bangsa yang termasuk paling awal dalam mengakui kemerdekaan Indonesia. Zionis Israel masih terus melakukan pembunuhan, penindasan, dan perbuatan zhalim lainnya yang sungguh pun menodai kemanusiaan dan keadilan.

Tak heran, jika bangsa Arab yang membuka mata atas kebiadaban Zionis Israel itu merasa hormat dan bangga kepada Indonesia. Sampai Mohammed Abou Treka, pesebak bola legendaris asal Mesir juga ikut berkomentar. Ia mengatakan, "Sikap Indonesia sangat terhormat, tegas, dan harus diapresiasi. FIFA, jika anda tidak punya malu hendaklah bersikap semaumu. Gerakan Zionisme merupakan wabah bagi dunia, dan saatnya dienyahkan. Faktanya, gerakan Zionisme masih menguasasi FIFA". Komentar tegas Abou Treka pun diposting di akun Instagram Quds Network, jaringan media yang berdomisili di Ramallah, Palestina.

Selain itu, ada salah satu komentar yang dilontarkan oleh akun yang bernama @yasserabusalem. Ia mengatakan, "Saya bersumpah, pemerintah Indonesia dan rakyatnya memiliki kemuliaan dan kehormatan dibanding pemerintah negara Arab". Komentar ini menarik dan seperti menegaskan bahwa Negara Arab pun yang satu etnis, sudah tidak vokal lagi dalam membela Palestina, kemudian Indonesia, negara yang jauh dari episentrum konflik Palestina-Israel, ternyata masih terus vokal dalam membela Palestina, meskipun harus menomorduakan kepentingan negerinya.

Saatnya Indonesia Menjadi Contoh Bagi Dunia Arab

Komentar di atas mengingatkan penulis pada kolom yang ditulis oleh Sufyan Rojab, Jurnalis terkenal Tunisia pada Harian Al-Shabah beberapa bulan lalu. Sufyan mengatakan, bahwa tidak ada lagi yang diharapkan dari negara-negara Arab. Ia menyoroti peristiwa KTT Liga Arab yang digelar di Aljazair pada November 2022 lalu.

KTT Liga Arab yang di antaranya membahas krisis Palestina dan ketahanan pangan itu justru tidak disambut dengan baik dan serius oleh negara-negara Arab dengan beberapa pemimipin negara Arab yang tidak hadir. Bagi Sufyan, KTT Liga Arab itu telah gagal sebelum dimulai. Ia mengatakan, bahwa solidaritas di negara Arab itu sudah lemah dan rapuh. Setiap negara-negara Arab lebih fokus pada kepentingan nasionalnya (national interest) dibanding kemaslahatan bersama bangsa-bangsa Arab.

Padahal, yang dibutuhkan dunia Arab saat ini, sebelum yang lain, adalah persatuan. Dengan persatuan, kata Sufyan, bangsa Arab mampu keluar dari segala krisis dan masalah yang menimpa, seperti perang Suriah, perang Yaman, ketahanan pangan dan energi, perubahan iklim, krisis di beberapa negara Arab, dan termasuk yang juga sangat penting adalah konflik Palestina-Israel.

Akan tetapi, fakta yang terjadi di negara-negara Arab adalah, bahwa ketika kemaslahatan bersama dunia Arab dibenturkan dengan kepentingan nasional (national interest) masing-masing, maka yang dipilih oleh masing-masing negara Arab adalah kepentingan nasionalnya sendiri. Sehingga, sikap yang ditampilkan oleh setiap pemimpin negara Arab adalah egoisme dan ketidakpedulian pada kemaslahatan universal dunia Arab.

Maka itu, sangat wajar ketika berita batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, lalu dikenal karena keteguhan Indonesia pada konstitusinya untuk menentang segala bentuk penjajahan, masyarakat Arab meresponsnya dengan bangga dan penuh hormat. Sehingga ada salah satu komentar yang mengatakan agar negara-negara Arab menjadikan Indonesia sebagai contoh.

Di dunia Arab, Indonesia dikenal sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim yang menjalankan sistem politik demokrasi dengan suksesi pemimpin secara mulus dan damai. Kita lihat, saat ini di Lebanon terjadi kevakuman kekuasaan sejak 31 Oktober 2022. Artinya, sudah lima bulan Lebanon tidak memiliki Presiden dan kabinet menteri.

Indonesia juga dikenal cukup sukses dalam membangun ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya, sehingga termasuk anggota negara G-20, yakni 20 negara terbesar secara ekonomi di dunia. Selain itu, dengan penduduk sekitar 270 juta jiwa yang terdiri dari banyak suku, bahasa, dan agama, Indonesia juga dikagumi karena ternyata mampu membangun persatuan dan kesatuan sejak Indonesia merdeka tahun 1945.

Kita tahu bahwa negara-negara Arab yang satu agama, satu etnis, dan satu bahasa saja, justru gagal membangun solidaritas, menciptakan stabilitas perdamaian, serta sering terlibat dalam perang saudara yang berlarut-larut. Sehingga konflik dan krisis tersebut membawa dampak yang besar, yang menghancurkan banyak hal, baik ekonomi, politik, maupun pendidikan.

Keteguhan Indonesia pada konstitusinya dengan terus berdiri kokoh mendukung kemerdekaan Palestina, sesungguhnya semakin memberi contoh bagi negara-negara Arab. Di dalam tubuh kembangnya Indonesia menuju kemajuan, membangun demokrasi, ekonomi, pendidikan dan berbagai kepentingan nasional lainnya, Indonesia masih memiliki hati nurani dengan peduli terhadap kepentingan bangsa lain. Sikap ini tentu menjadi panggilan kepada negara-negara Arab agar tidak boleh meninggalkan Palestina, saudara kandungnya.

Selain itu, Indonesia juga merupakan negara besar yang menghargai sejarah dan para pendiri bangsanya. Karena dalam sejarah itu, ada ideologi dan falsafah yang diwariskan, yang harus dipegang teguh oleh seluruh bangsanya dalam berjalan dan melangkah menuju kemajuan. Dalam bahasa Ibnu Khaldun, ketika melihat sejarah, ada pelajaran baik (al-\'ibr) yang harus terus diambil dan diamalkan.

Demikian, saatnya Indonesia menjadi contoh bagi dunia Arab. Jika sebelumnya dunia Arab menyoroti China atau pun Jepang, kini dunia Arab bisa mencontoh Indonesia yang terus membangun kemajuan negerinya (national interest), sembari mewujudkan cita-cita dalam membangun kemaslahatan peradaban umat manusia (al-\'umran) yang berperikemanusiaan dan berkeadilan.

Nata Sutisna,Mahasiswa Universitas Zaitunah, Tunisia

Topik Menarik