Mengenal Bangsa Berber, Nenek Moyang Zinedine Zidane
JAKARTA- Mengenal bangsa Berber, nenek moyang Zinedine Zidane yang tak banyak orang ketahui. Mantan kapten timnas Prancis satu ini diketahui memiliki darah kental dengan bangsa memiliki peran besar dalam peradaban Islam.
Ya, bangsa Berber memiliki peranan penting dalam peradaban Islam terlebih dalam pembebasan Andalusia. Berber sendiri mulanya berasal dari keturunan Amazigh, jamak Imazighen, salah satu keturunan penduduk pra-Arab di Afrika Utara.
Bangsa Berber tinggal tersebar di Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya, Mesir, Mali, Niger, dan Mauritania. Mereka berbicara berbagai bahasa Amazigh milik keluarga Afro-Asia yang berhubungan dengan Mesir kuno.
Dua populasi Berber terbesar ditemukan di Aljazair dan Maroko, sebagian besar populasinya adalah keturunan Berber tetapi hanya beberapa dari mereka yang diidentifikasi sebagai Amazigh.
Sekitar seperempat populasi di Aljazair diperkirakan Berber, sementara Berber diperkirakan berjumlah lebih dari tiga per lima populasi di Maroko.
Dalam sejarahnya, sebelum memeluk agama Islam, mayoritas orang Berber memeluk agama Kristen dan Yahudi. Menurut Ibnu Khaldun, dalam kitabnya yang berjudul al-Ibar perbedaan orang Berber dan Arab adalah tentang gaya hidup, ekonomi, hubungan dengan kekuasaan dan kondisi sosio politik.
Bangsa Berber diketahui memiliki kecondongan hidup nomaden atau berpindah-pindah tempat. Sedangkan bangsa Arab hidp dengan tinggal dalam satu kawasan.
Persaingan antara kedua bangsa terjadi pasca perpindahan kekuasaan Islam, dari Dinasti Umayyah ke Dinasti Abbasiyah. Persaingan tersebut menandai sejarah baru Islam di wilayah Afrika Utara dan Andalusia.
Diketahui, orang Berber di Afrika Utara, dikenal sebagai kelompok yang sering memberontak di masa islamisasi wilayah itu. Kelompok tersebut bahkan memiliki tren keagamaan yang disukai, yakni heterodoks dan gerakan sectarian.
Adanya hubungan yang kompleks, antara bangsa Berber dengan berbagai tren Islam, yang ditumpangkan dengan perselisihan kesukukan menjadi salah satu dasar sejarah munculnya dinasti-dinasti di wilayah Maghrib pada abad pertengahan.
Komentar Berkelas Kevin Diks usai Cetak Gol dalam Kemenangan Telak Monchengladbach atas Heidenheim
Berakhirnya kekuasaan Dinasti Umayyah Damaskus (660-749) diketahui sebagai cikal bakal munculnya dinasti-dinasti baru di wilayah Afrika Utara dan Maghrib, yang didukung oleh bangsa Berber setempat. Di antaranya; Dinasti Idrisiyah Syiah (789-974) di Berberia Barat, Dinasti Rustamiyah Khawarij (777-909) di Berberia Tengah.
Pada abad ke-10 dan ke-11, wilayah Maghrib terbagi menjadi dua zona pengaruh politik dan ideologi agama antara Umayyah di Cordoba dan Fathimiyyah di Mesir. Pada pertengahan abad ke-11, muncul kekuasaan Berber Sunni pertama yang bernama Dinasti Al-Murabithun. Dinasti Al-Murabithun sendiri berasal dari suku Lamtuna, yakni suku Berber nomaden.
Dinasti ini memiliki peran penting dalam melanjutkan estafet kekuasaan Dinasti Umayyah II di Andalusia. Saat Andalusia jatuh akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan Kristen, Dinasti Al-Murabithun mencoba menyatukan kekuatan Islam di Andalusia pasca runtuhnya Dinasti Umayyah II pada 1031 M.
Dinasti yang berasal dari bangsa Berber ini pun mempunyai jasa besar dalam menggagalkan upaya Reconquista (penaklukan kembali Andalusia) yang dilakukan oleh kaum Nasrani, meskipun hal tersebut hanya sementara. Di masa dinasti ini pun kejayaan peradaban Islam di Eropa tak luput dari bangsa Berber.










