Kemenperin Sebut Produksi Susu Lokal Terseok-seok Mencukupi Program MBG
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan industri pengolahan susu nasional pada dasarnya memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Namun demikian, terdapat sejumlah tantangan teknis yang masih dihadapi industri, khususnya terkait kapasitas pengemasan.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kemenperin, Merrijantij Punguan Pintaria, menjelaskan kendala utama saat ini berada pada unit pengisian (filling) untuk kemasan berukuran kecil. Kapasitas pengemasan tersebut dinilai belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan program MBG yang berskala nasional.
"Industri pengelolaan susu kita secara nasional mampu untuk memenuhi tantangan kebutuhan MBG yang walaupun saat ini sedang terseok-seok karena memang unit fillingnya yang untuk kemasan kecil memang kapasitasnya masih belum sesuai, jadi ini sedang berproses semoga dalam waktu dekat bisa memenuhi secara nasional," jelasnya dalam acara perayaan 50 tahun kemitraan Nestle Indonesia dengan peternak sapi perah yang berlangsung di Jakarta, Senin (15/12/2025).
Di luar tantangan tersebut, ia menegaskan bahwa potensi pemenuhan kebutuhan susu MBG tercermin dari kinerja industri pengolahan non-migas yang secara umum menunjukkan tren positif. Kontribusi ekspor industri pengolahan non-migas tercatat sebagai yang terbesar secara sektoral, yakni mencapai 81 dari total ekspor nasional.
Selain itu, tingkat utilisasi industri pengolahan non-migas saat ini berada di angka 59,28. Menurutnya, angka tersebut menunjukkan masih terbukanya ruang yang cukup besar bagi industri manufaktur nasional untuk melakukan ekspansi dan mengoptimalkan kapasitas produksinya.
“Angka utilisasi ini menandakan masih besarnya ruang ekspansi manufaktur nasional untuk meningkatkan kapasitas produksi,” jelasnya.
Optimisme pelaku usaha industri juga bisa dilihat dari berbagai indikator kepercayaan. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada November 2025 tercatat di level 53,45, sementara Purchasing Managers’ Index (PMI) November 2025 berada di angka 53,3.
Dia menilai kedua indikator tersebut berada di zona ekspansif, menandakan prospek industri yang tetap positif ke depan.










