Akmal Marhali Soroti Zainudin Amali Usai Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025: Kekalahan Ini Alarm Keras!
JAKARTA – Pendiri Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, soroti peran Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI, Zainudin Amali, usai Timnas Indonesia U-22 gagal di SEA Games 2025. Pasalnya, Zainudin Amali sejak awal mengusung target medali emas untuk Timnas Indonesia U-22.
Haislnya, Timnas Indonesia U-22 gagal lolos ke semifinal SEA Games untuk pertama kalinya sejak edisi 2009. Kegagalan itu didapat setelah Timnas Indonesia U-22 menelan kekalahan dari Filipina (0-1) di fase grup.
1. Gagal Tembus Semifinal
Sejatinya, peluang Timnas Indonesia U-22 untuk lolos semifinal masih terbuka lebar lewat jalur runner-up terbaik. Saat itu, mereka membutuhkan kemenangan minimal tiga gol tanpa balas kontra Myanmar di pertandingan kedua fase grup.
Namun sayang, Timnas Indonesia U-22 hanya bisa mendulang kemenangan dengan skor 3-1. Akhirnya, peluang lolos lewat jalur runner-up terbaik tertutup karena kalah selisih gol. Sang juara bertahan pun harus angkat koper dari turnamen lebih awal.
2. Evaluasi Total
Akmal menilai kegagalan ini bukan sekadar hasil buruk di lapangan, melainkan cermin dari persoalan mendasar dalam tata Kelola dan pengambilan kebijakan. Oleh karena itu, Akmal mengatakan kegagalan ini harus menjadi momentum evaluasi total, termasuk terhadap penanggung jawab Timnas Indonesia U-22, Zainudin Amali.
“Ini bukan sekadar kalah biasa. Ini alarm keras,” tegas Akmal di Jakarta, dikutip pada Minggu 14 Desember 2025.
Dari sisi tim kepelatihan, Akmal menyebut kegagalan ini sebagai fase terburuk Indra Sjafri di SEA Games. Setelah meraih perak pada 2019 dan emas pada 2023, Indra kini harus menerima kenyataan pahit tersingkir di fase grup. Padahal rekam jejaknya di level usia terbilang cukup gemilang. Mulai dari juara Piala AFF U-19 2013 dan 2024, juara Piala AFF U-22 2019, hingga emas SEA Games 2023.
“Setiap orang ada zamannya. Kini, sepertinya kita memasuki era kegelapan bagi Indra Sjafri setelah sekian lama penuh bintang prestasi,” ujar Akmal.
Namun Akmal kembali menegaskan, evaluasi tidak boleh berhenti pada pelatih. Pendiri SOS itu menyoroti pengakuan Zainudin Amali sendiri bahwa persiapan Timnas Indonesia U-22 SEA Games 2025 hanya beberapa bulan, jauh dibandingkan SEA Games 2023 yang dibangun lewat proses hampir tiga tahun.
“Target emas dicanangkan, tapi fondasi persiapannya jauh dari ideal. Ini kontradiksi kebijakan yang harus dipertanggungjawabkan,” kata Akmal.
“Evaluasi bukan hanya mengganti pelatih, tapi membangun kembali pondasi yang roboh agar lebih kukuh,” sambungnya.
Pada akhirnya, Akmal mendorong evaluasi menyeluruh mulai dari pelatih, pemain, manajer, hingga penanggung jawab tim, untuk menemukan akar masalah sebenarnya. Dia juga menekankan pentingnya konsistensi filosofi sepakbola Indonesia sesuai roadmap 2045 menuju era keemasan, agar arah pembangunan timnas tidak berubah-ubah setiap kali pelatih berganti.
“Sekarang waktunya berbenah dan mengambil hikmah. Habis gelap, terbitlah terang. Tapi terang itu hanya datang jika kita berani jujur dan bertanggung jawab,” tandasnya.










