Tekanan Ekonomi 2026 Diprediksi Lebih Berat Dibanding Perang Dagang dan Covid

Tekanan Ekonomi 2026 Diprediksi Lebih Berat Dibanding Perang Dagang dan Covid

Ekonomi | okezone | Rabu, 10 Desember 2025 - 20:37
share

JAKARTA – Ketidakpastian global diperkirakan akan berlanjut dan semakin meningkat pada 2026. Bahkan tekanannya diprediksi melampaui masa-masa krisis sebelumnya, seperti Brexit, perang dagang, hingga pandemi Covid-19.

Ekonom Perbanas dan UOB, Enrico Tanuwidjaja, menilai situasi dunia saat ini jauh dari kata aman bagi perekonomian.

"Kalau dibandingkan dengan beberapa episode krisis seperti Brexit, trade tension, bahkan Covid, ketidakpastian sekarang sudah jauh melebihi itu. Jadi kita memang sedang tidak benar-benar aman-aman saja," kata Enrico dalam Konferensi Pers CEO Forum Economic Outlook 2026, Rabu (10/12/2025).

Menurutnya, ada beberapa faktor utama yang membuat risiko global semakin besar. Pertama, meningkatnya tensi geopolitik, mulai dari konflik Ukraina hingga ketegangan di kawasan Timur Tengah, kemudian kebijakan tarif resiprokal yang ditempuh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Enrico juga menjelaskan bahwa ekspor Indonesia masih menopang pertumbuhan ekonomi pada 2025. Namun, fenomena export front-loading yang terjadi tahun ini diperkirakan tidak akan terulang pada tahun depan.

"Ini fenomena export front-loading yang menyokong pertumbuhan global secara surprising di 2025. Tahun depan ketidakpastian meningkat, front-loading selesai, sehingga ekspor bisa melemah. Risiko geopolitik juga akan membuat hubungan Amerika–China menjadi pusat perhatian dan memicu volatilitas pasar," ungkapnya.

Dalam menghadapi tekanan eksternal tersebut, Enrico menekankan pentingnya fokus pada penguatan ekonomi domestik. Menurutnya, skala ekonomi Indonesia yang besar memungkinkan model close-loop economy yang lebih tahan terhadap gejolak luar.

 

"Kita harus fokus pada ekonomi domestik. Ekonomi kita besar; close-loop economy memungkinkan kita berpaku pada kekuatan sendiri. Jadi perlu sinergi pemerintah dan perbankan agar ekonomi domestik lebih menggeliat," jelas Enrico.

Selain itu, pelemahan rupiah disebut dapat menjadi momentum untuk memperluas pasar ekspor Indonesia. Enrico menyarankan agar Indonesia tidak hanya mengandalkan pasar AS, melainkan memperluas penetrasi ke kawasan Asia Tengah dan Afrika.

Ia juga menilai bahwa pendalaman pasar keuangan menjadi strategi krusial. Perbankan disebut sebagai katalis utama dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor produktif sehingga menciptakan dampak pengganda yang dapat mendorong pertumbuhan.

"Dengan era suku bunga yang diperkirakan turun, semoga tahun depan meskipun dunia gonjang-ganjing, kita bisa berpaku pada tiga strategi, yaitu penguatan pasar domestik, penguatan ekspor berbasis partner dagang yang lebih menyeluruh, dan pendalaman pasar finansial," tandasnya.

Topik Menarik