Kopi Ternyata Tak Hanya Hilangkan Kantuk, Tapi Punya Efek pada Hormon Reproduksi
JAKARTA - Bagi banyak orang, kopi menjadi pilihan untuk memulai hari karena memberikan semangat dan menghilangkan kantuk. Namun ternyata, kopi tidak hanya berfungsi sebagai penghilang kantuk, tetapi juga memiliki manfaat lain terhadap hormon tubuh.
Konsumsi kopi bahkan dalam dosis sedang dapat memengaruhi sejumlah hormon penting, mulai dari hormon stres hingga hormon reproduksi. Sekitar 80–120 mg kafein atau setara satu cangkir kopi seduh dapat meningkatkan kadar kortisol (hormon stres) hingga 50 dari nilai dasar.
Lonjakan ini bersifat sementara dan paling terasa pada orang yang jarang minum kopi. Sementara bagi yang rutin mengonsumsinya, tubuh cenderung lebih toleran terhadap efek stimulan ini.
Namun bagi sebagian orang, dorongan hormon stres ini bisa membuat mereka lebih mudah gugup, cemas, atau bahkan mengalami gangguan tidur jika kopi dikonsumsi terlalu sore atau malam. Kopi juga dapat memengaruhi respons insulin, hormon yang berperan mengatur gula darah dalam tubuh.
Rhenald Kasali Ungkap 4 Masalah Lahirnya Generasi Cemas, Pemicu Tingginya Niat Bunuh Diri Anak
Setelah minum kopi, kadang terjadi lonjakan insulin sementara. Meski demikian, banyak penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kopi dalam jangka panjang dapat mendukung kesehatan metabolik.
Tentu saja efek tersebut bergantung pada kondisi genetik, pola makan, dan cara konsumsi kopi, misalnya kopi hitam atau kopi dengan gula dan krimer. Kopi juga memiliki efek pada hormon reproduksi.
Dikutip dari Verywell Health, Rabu (10/12/2025), untuk hormon estrogen, kopi dapat memengaruhi metabolisme estrogen dalam tubuh. Artinya, bagi sebagian orang, terutama mereka dengan kondisi yang disebut “estrogen dominance”, kopi dapat membantu menyeimbangkan hormon.
Sedangkan untuk testosteron, beberapa riset menunjukkan bahwa kafein dapat meningkatkan kadar testosteron dalam jangka pendek, misalnya sebelum olahraga, sehingga memberi tambahan semangat, gairah, atau fokus.
Pengaruh kopi terhadap hormon tidak selalu positif atau negatif. Efeknya bergantung pada frekuensi konsumsi, total kafein, serta gaya hidup dan kondisi kesehatan secara keseluruhan. Tentunya konsumsi kopi harus dalam jumlah wajar dan tidak berlebihan.










