Waspada! Nyeri Perut Bawah Bisa Jadi Gejala Radang Usus, Ini Penjelasan Dokter
JAKARTA - Penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) menjadi salah satu masalah kesehatan yang perlu diwaspadai. Gaya hidup tidak sehat serta pola makan yang kurang teratur dapat meningkatkan risiko terjadinya radang usus yang sering disertai nyeri perut.
Salah satu gejala yang kerap muncul adalah nyeri di perut bagian kanan bawah. Keluhan ini tidak hanya membuat tidak nyaman, tetapi juga dapat menjadi tanda awal IBD.
Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD, K-GEH, FACP, FACG, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi, menjelaskan bahwa nyeri perut kanan bawah memang sering dikaitkan dengan usus buntu, tetapi tidak selalu demikian.
“Kalau nyeri perut kanan bawah mesti hati-hati, karena ini belum tentu usus buntu. Mungkin diagnosis awalnya usus buntu, tapi harus dipastikan lagi. Kalau mau advance dengan CT scan, itu bisa terlihat apakah usus buntu atau Crohn’s disease,” ujar dr. Ari Fahrial pada Pekan Kesadaran Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn 2025 di Jakarta, Rabu (10/12/2025).
Sinopsis Dusta di Balik Cinta Eps 70, Senin 10 November 2025: Kirana Jatuh hingga Dilarikan ke RS
Ia menambahkan bahwa nyeri yang terjadi akibat radang usus dan usus buntu sering kali sulit dibedakan tanpa pemeriksaan lebih lanjut.
“Kalau usus buntu, radangnya ada di usus buntunya. Kalau IBD, radangnya berada di sekitar area usus buntu. Jadi dengan CT scan, perbedaannya bisa terlihat,” jelasnya.
Selain nyeri perut kanan bawah, IBD juga menimbulkan gejala lain seperti diare, BAB berdarah, tubuh lemas, hingga penurunan berat badan. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengenali gejalanya sejak dini serta memahami faktor risiko yang dapat memicu peradangan usus.
Lebih lanjut, dr. Ari menjelaskan bahwa penyebab IBD bersifat multifaktorial, muncul dari interaksi kompleks antara faktor genetik, lingkungan, mikrobiota usus, dan respon imun.
“Usus kita dipenuhi bakteri baik. Kalau keseimbangannya terganggu, usus menjadi lebih mudah meradang, terutama pada orang yang memiliki risiko genetik,” tutupnya.










