Transformasi dan Ekspansi BRICS di Era Kerja Sama Global Baru
JAKARTA – BRICS adalah organisasi yang mewakili koalisi negara-negara ekonomi berkembang yang kuat dan telah memperoleh relevansi geopolitik serta ekonomi yang signifikan selama dua dekade terakhir. Didirikan dengan komitmen terhadap prinsip-prinsip kesetaraan, saling menguntungkan, dan non-intervensi, BRICS bertujuan mendorong pertumbuhan global yang inklusif melalui peluncuran inisiatif utama seperti Bank Pembangunan Baru (NDB) dan Pengaturan Cadangan Kontinjensi (CRA), yang memperkuat perannya dalam arsitektur keuangan global.
Perdagangan antarnegara BRICS meningkat dua kali lipat dari USD113 miliar pada 2018-19 menjadi USD226 miliar pada 2024-25. Sementara itu, dengan negara-negara BRICS+, total perdagangan naik dari USD250 miliar pada 2018-19 menjadi USD402 miliar pada 2024-25.
Dengan capaian tersebut, sebelas negara anggota BRICS yang diperluas—termasuk Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, bersama Mesir, Etiopia, Indonesia, Iran, Arab Saudi, serta Uni Emirat Arab—secara kolektif telah muncul sebagai platform penting kerja sama Selatan-Selatan, yang memungkinkan negara berkembang untuk berkolaborasi di bidang ekonomi, keuangan, dan teknologi. Negara-negara BRICS beroperasi berdasarkan prinsip kemitraan dan saling menguntungkan; menyediakan akses bagi negara berkembang terhadap sumber keuangan alternatif, berbagi pengetahuan, dan advokasi kebijakan bersama.
Negara anggota BRICS berkolaborasi di berbagai bidang, termasuk pertanian, aksi iklim, kesehatan, pendidikan, dan tata kelola digital. Mereka bekerja sama di forum-forum internasional untuk menyampaikan posisi yang sama dalam isu seperti keadilan perdagangan, pendanaan iklim, serta reformasi WTO. Hasilnya, BRICS telah menjadi suara yang kuat bagi negara-negara berkembang, mendorong solidaritas dan pembangunan bersama.
Keketuaan India 2026
Profil Rospita Vici Paulyn, Ketua Sidang KIP yang Cecar KPU Solo soal Pemusnahan Dokumen Jokowi
Ke depannya, kepemimpinan India—sebagai pemegang keketuaan BRICS pada 2026—di bidang seperti infrastruktur publik digital, teknologi finansial, dan farmasi memosisikannya dengan baik untuk menjadi pendorong inovasi di antara negara anggota. Dengan semakin meningkatnya komplementaritas dengan negara-negara BRICS+, perdagangan India berpotensi meningkat dua kali lipat dalam lima tahun ke depan sampai tahun 2030.
Pada KTT BRICS 2025 yang diselenggarakan di Rio de Janeiro pada 6 dan 7 Juli 2025, Perdana Menteri Narendra Modi mengecam keras terorisme dan menyerukan persatuan global. Dalam sidang pleno bertema "Lingkungan, COP-30, dan Kesehatan Global", Modi menekankan keadilan iklim sebagai keharusan moral bagi negara-negara berkembang dan menegaskan kembali komitmen India untuk mengatasi perubahan iklim sebagai tanggung jawab peradaban.
India juga menegaskan kembali dukungannya untuk memperkuat NDB dan Pengaturan Cadangan Kontinjensi BRICS, serta mengadvokasi peningkatan kerja sama dalam infrastruktur publik digital dan rantai pasokan global yang tangguh. Selain itu, India memosisikan dirinya sebagai penggerak utama tata kelola global yang inklusif dan sah.
Pangsa kelompok BRICS+ dalam ekspor barang global telah meningkat dari sekitar 11 pada tahun 2000 menjadi 23 dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, pangsa kelompok G7 dalam ekspor global turun dari 45 pada tahun 2000 menjadi 29 selama beberapa tahun terakhir, demikian dilansir The Vietnam Times, Rabu (16/7/2025).
Perdagangan India dengan BRICS telah meningkat dua kali lipat dari USD113 miliar pada 2018-19 menjadi USD226 miliar pada 2024-25. Sedangkan dengan negara-negara BRICS+—termasuk Arab Saudi, UEA, Mesir, Etiopia, Indonesia, dan Iran—meningkat dari USD250 miliar pada 2018-19 menjadi USD402 miliar pada 2024, menurut data Kementerian Perdagangan India.
Pertumbuhan tajam ini menyoroti semakin mendalamnya keterlibatan ekonomi India dengan negara berkembang dan semakin pentingnya BRICS+ secara strategis dalam kerangka kebijakan perdagangan luar negeri India.
Soal Roadmap Timnas Indonesia Bertajuk Garuda Membara, Sumardji: Saya Tidak Akan Berkomentar
Barang ekspor utama ke negara-negara BRICS meliputi produk farmasi, barang teknik, tekstil dan garmen, beras, serta bahan kimia organik. Brasil dan Afrika Selatan muncul sebagai tujuan ekspor India yang menjanjikan, khususnya di sektor otomotif, layanan kesehatan, dan produk pertanian. Rusia dan China terus mengimpor sejumlah besar produk antara dan industri dari India. Di sisi impor, India memperoleh sebagian besar minyak mentah dan gas alam dari Rusia dan Brasil. Impor pupuk dari Rusia juga meningkat secara substansial. Sementara itu, impor dari China didominasi oleh barang elektronik, panel surya, peralatan telekomunikasi, serta mesin, yang merupakan komponen penting dalam rantai pasokan industri India.
Di bidang investasi, keterlibatan ekonomi India dengan negara-negara BRICS semakin mendalam selama bertahun-tahun. Perusahaan-perusahaan India telah berinvestasi signifikan di sektor energi dan pertahanan Rusia dengan investasi kumulatif melebihi USD12 miliar. Di Brasil, perusahaan India berinvestasi di bidang agroprocessing, farmasi, dan layanan teknologi informasi. Afrika Selatan menarik investasi India pada sektor pertambangan, otomotif, dan perbankan. Sementara itu, India menerima investasi dari perusahaan China pada berbagai sektor seperti elektronik konsumen, teknologi finansial, dan infrastruktur.
Ivar Jenner Puji Taktik Indra Sjafri Setelah Timnas Indonesia U-22 Hampir Menang atas Mali U-22
Hubungan investasi dengan Rusia tetap kuat meskipun terdapat kendala geopolitik, dan kolaborasi dalam sektor energi, tenaga nuklir, serta sektor strategis terus berlanjut. NDB, yang berkantor pusat di Shanghai dengan India sebagai salah satu pendiri, telah menyetujui sejumlah proyek di India, mulai dari sistem kereta metro hingga kota pintar. Inisiatif ini mendukung prioritas pembangunan India dan memperkuat keterlibatan multilateralnya.
Masa Depan BRICS
NDB diperkirakan akan memperluas operasinya, dengan fokus pada infrastruktur hijau, energi terbarukan, dan inklusi digital. Kepemimpinan India di bidang infrastruktur publik digital, teknologi finansial, dan farmasi turut memosisikannya sebagai pendorong inovasi di BRICS. Kolaborasi yang terus berkembang di sektor energi bersih, pertanian, pendidikan, dan teknologi antariksa juga akan membuka jalan bagi pembangunan terintegrasi antarnegara anggota.
Masa depan BRICS terletak pada reformasi kelembagaan, peningkatan hubungan perdagangan dan investasi, serta respons kolaboratif terhadap tantangan global. BRICS kemungkinan akan mengupayakan integrasi ekonomi lebih mendalam dengan merampingkan prosedur bea cukai, membangun kemitraan rantai pasok, dan menyelaraskan standar regulasi.
BRICS dapat memainkan peran konstruktif dalam mengatasi isu global seperti perubahan iklim, pandemi, dan ketahanan pangan. India, dengan keunggulan demografis, kapabilitas teknologi, dan kelincahan diplomatiknya, diperkirakan akan memimpin berbagai inisiatif ini. Seiring pergeseran keseimbangan kekuatan global, BRICS memiliki potensi membangun tatanan ekonomi global yang lebih inklusif, di mana suara negara berkembang tidak hanya didengar, tetapi juga membentuk arah dan hasilnya.










