Gadis 20 Tahun Harus Jalani Operasi Jantung Gara-Gara Gigi Bolong, Kok Bisa?

Gadis 20 Tahun Harus Jalani Operasi Jantung Gara-Gara Gigi Bolong, Kok Bisa?

Gaya Hidup | okezone | Selasa, 24 Juni 2025 - 08:36
share

JAKARTA – Sebuah kisah nyata yang dibagikan oleh dr Erta P.W., SpJP, FIHA, seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Ia menjelaskan betapa pentingnya merawat kebersihan mulut dan gigi.

Dalam video edukatif yang diunggah melalui akun TikTok @dr.erta dan dikutip pada Selasa (24/6/2025), dr Erta menceritakan bagaimana seorang gadis berusia 20 tahun harus menjalani operasi jantung akibat infeksi serius yang berawal dari gigi berlubang.

“Kisah ini seharusnya bisa membuka mata kita semua bahwa gigi bolong bukan hal sepele. Infeksi dari gigi bisa masuk ke aliran darah dan menyerang jantung,” jelas dr Erta dalam videonya.

Gadis 20 Tahun Harus Jalani Operasi Jantung Gara-Gara Gigi Bolong, Kok Bisa?

Ia menuturkan bahwa pasien tersebut datang dengan kondisi fisik yang tampak lemah, wajah pucat, sesak napas, dan detak jantung yang tak beraturan. Setelah diperiksa lebih lanjut menggunakan USG jantung, ditemukan adanya vegetasi di katup jantung, kumpulan infeksi yang menempel dan membahayakan fungsi organ vital tersebut.

Ketika ditelusuri lebih lanjut, ternyata pasien sempat mengalami sakit gigi hingga bengkak, namun tidak ditangani secara medis karena gejalanya mereda dengan sendirinya. Saat mulut diperiksa, terdapat gigi rusak dan bau khas infeksi. Dari situlah diketahui bahwa sumber infeksi jantungnya berasal dari mulut.

“Kondisi ini dikenal sebagai endokarditis infektif, yakni infeksi serius pada lapisan dalam jantung, terutama katup. Biasanya disebabkan oleh bakteri dari gigi atau gusi yang terinfeksi, seperti Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus,” papar dr Erta.

Bakteri tersebut bisa masuk ke dalam sirkulasi darah melalui gusi yang berdarah saat menyikat gigi atau dari infeksi pada gigi, lalu menempel pada katup jantung. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat mengharuskan pasien menjalani operasi jantung terbuka.

Beruntung, tindakan operasi berhasil dan sang pasien kini telah pulih. Namun, dr. Erta menekankan bahwa kejadian ini seharusnya bisa dicegah jika infeksi gigi ditangani sejak awal.

“Bayangkan, usia 20 tahun yang seharusnya dihabiskan untuk kuliah dan berkegiatan, justru harus dilalui di ruang operasi karena satu lubang kecil di gigi,” ujarnya.

Menurutnya, banyak pasien jantung, baik bawaan maupun yang didapat, yang mengalami kerusakan parah pada gigi dan gusi namun sering menunda ke dokter gigi karena merasa tidak sakit. Padahal, jantung tidak bisa menunggu.

 

Bahkan orang yang sehat sekalipun bisa terkena endokarditis infektif jika infeksi giginya cukup parah dan sistem imunnya sedang lemah. Pengobatannya pun tidak mudah—diperlukan antibiotik dosis tinggi selama berminggu-minggu, bahkan bisa berujung pada tindakan operasi besar.

“Kesehatan gigi dan mulut bukan cuma soal napas segar atau senyum cerah. Ini bukan sekadar soal mulut bersih, tapi soal mencegah bakteri masuk ke aliran darah dan merusak organ vital seperti jantung,” ujarnya tegas.

Ia juga mengingatkan masyarakat, khususnya para orang tua, untuk tidak meremehkan masalah gigi pada anak-anak. Pemeriksaan gigi secara rutin setiap enam bulan harus dilakukan, terutama bagi mereka yang memiliki kelainan jantung atau pernah menjalani operasi jantung. Bahkan sebelum melakukan tindakan gigi tertentu, pasien disarankan mengonsumsi antibiotik pencegah infeksi.

Menutup video edukatifnya, dr Erta mengajak semua orang untuk tidak menunda periksa gigi. “Kalau kamu sudah tiga tahun nggak ke dokter gigi, atau ada gigi bolong yang dibiarkan karena ‘nggak sakit’, sekarang waktunya kamu bikin janji. Jangan tunggu sampai jantungmu yang jadi korban,” pungkasnya.

Topik Menarik