Pertempuran Sengit Pecah di Ibu Kota Libya Tripoli, WNI DIminta Waspada

Pertempuran Sengit Pecah di Ibu Kota Libya Tripoli, WNI DIminta Waspada

Terkini | okezone | Rabu, 14 Mei 2025 - 16:35
share

TRIPOLI - Bentrokan paling sengit dalam beberapa tahun terakhir pecah di Ibukota Libya, Tripoli, selama dua malam berturut-turut pada Rabu, (14/5/2025), menurut keterangan saksi mata. Bentrokan antar faksi-faksi yang bertikai itu pecah setelah pembunuhan seorang pemimpin milisi utama pada Senin, (12/5/2025).

Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libya, UNSMIL, mengatakan pihaknya "sangat khawatir dengan meningkatnya kekerasan di wilayah padat penduduk di Tripoli" dan segera menyerukan gencatan senjata.

Pertikaian Antar Faksi

Kerusuhan terbaru di ibu kota Libya dapat mengkonsolidasikan kekuatan Abdulhamid al-Dbeibah, perdana menteri dari Pemerintah Persatuan Nasional (GNU), yang bersekutu dengan Turki.

Libya menjadi negara yang sangat tidak stabil sejak pemberontakan yang didukung NATO pada 2011, yang menggulingkan Muammar Gaddafi. Negara itu kemudian terpecah antara faksi timur dan barat yang bersaing, meskipun perang besar terhenti setelah gencatan senjata pada 2020.

Libya timur telah dikuasai selama satu dekade oleh komandan Khalifa Haftar dan Tentara Nasional Libya (LNA), sementara kendali di Tripoli dan Libya barat telah terpecah di antara banyak faksi bersenjata, termasuk GNU.

Dbeibah pada Selasa, (13/5/2025) memerintahkan pembubaran apa yang disebutnya kelompok bersenjata tidak teratur.

Pengumuman itu menyusul pembunuhan terhadap kepala milisi utama Abdulghani Kikli, yang dikenal sebagai Ghaniwa, pada hari Senin dan kekalahan mendadak kelompok Aparat Pendukung Stabilisasi (SSA) miliknya oleh faksi-faksi yang bersekutu dengan Dbeibah.

 

Perebutan wilayah SSA di Libya oleh faksi-faksi yang bersekutu dengan Dbeibah, Brigade 444 dan 111, menunjukkan adanya konsentrasi kekuasaan yang lebih besar di ibu kota yang terpecah-pecah, menjadikan Pasukan Pencegahan Khusus (Rada) sebagai faksi besar terakhir yang tidak terkait erat dengan perdana menteri.

Tak Ada WNI jadi Korban

Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada laporan warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam rangkaian kekerasan terbaru di Tripoli ini.

“KBRI Tripoli telah menjalin komunikasi dengan para WNI yang menetap di Tripoli. Tidak ada WNI yang menjadi korban dan saat ini para WNI dalam keadaan aman dan tenang,” kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu RI, Judha Nugraha dalam pesan singkat kepada media, Selasa, (13/5/2025).

Total tercatat terdapat 535 WNI di Libya dan sejumlah 302 orang tercatat menetap di Tripoli. Mayoritas WNI adalah pekerja migran baik pekerja profesional maupun pekerja sektor domestik. Terdapat pula WNI mahasiswa dan WNI yang menikah dengan warga setempat.

Kemlu RI dan KBRI Tripoli mengeluarkan imbauan bagi para WNI di Libya agar meningkatkan kewaspadaan dan terus memantau situasi keamanan. Sementara Bagi WNI yg memiliki rencana perjalanan ke Libya agar dapat menunda perjalanannya hingga situasi kembali aman dan stabil.

Topik Menarik