Jatiluwih Bali Jadi Destinasi Delegasi World Water Forum 2024, Bisa Ngapain Aja?

Jatiluwih Bali Jadi Destinasi Delegasi World Water Forum 2024, Bisa Ngapain Aja?

Terkini | okezone | Senin, 29 April 2024 - 06:09
share

WORLD Water Forum 2024 akan digelar di Bali pada 18-25 Mei 2024 itu. Para delegasi acara tersebut rencananya bakal mengunjungi salah satu desa wisata andalan di Pulau Dewata, yakni desa wisata Jatiluwih.

Event tersebut sendiri merupakan penyelenggaraan forum air internasional terbesar di dunia.

World Water Forum edisi ke-10 ini merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk memperkenalkan keragaman budaya dan pariwisata, khususnya Bali kepada dunia.

Event ini juga mengenalkan bagaimana Indonesia menjaga dan merawat sumber daya alam sebagai bagian dari budaya dan juga sumber kehidupan.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno menjelaskan, pihaknya akan terus mendukung upaya-upaya pengembangan pariwisata berkelanjutan di Jatiluwih.

Kami sangat mendukung upaya pengembangan pariwisata berkelanjutan di Jatiluwih, ungkap Sandiaga, saat ditemui di Bali, Sabtu, 27 April 2024.

Karena hal tersebut sejalan dengan kebijakan di Kemenparekraf yang beralih dari quantity tourism ke quality tourism , sambungnya.

Selain berkunjung ke Jatiluwih, delegasi World Water Forum juga akan diajak untuk melakukan prosesi melukat, yang merupakan salah satu tradisi atau upacara yang biasa dilakukan oleh umat Hindu, khususnya di Bali.

Melukat dimaksudkan untuk menyucikan jiwa dari hal-hal tidak baik dengan menggunakan media air yang bersumber dari mata air.

Istilah melukat sendiri datang dari kata 'Sulukat', yang mana 'Su' artinya baik, serta 'lukat' artinya 'penyucian'. Jadi, secara sederhana, melukat dapat diartikan sebagai penyucian yang baik.

Pada dasarnya, melukat bertujuan untuk menyegarkan pikiran. Hal ini berkaitan dengan proses melukat yang dominan dilakukan di bagian area kepala.

Selama proses melukat, para pengikut upacara melukat akan diguyurkan air suci yang diharapkan dapat membuat hati merasa lebih tenang dan menyegarkan jiwa.

Sebagai informasi, Jatiluwih telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada 2012. Desa ini merupakan representasi dari pengembangan pariwisata Indonesia di masa depan, yaitu pariwisata yang berbasis keberlanjutan lingkungan.

Terkenal dengan sistem subaknya, Desa Jatiluwih menghasilkan padi sebagai komoditas utama hasil pertaniannya.

Menurut sumber lokal, beras merah yang dihasilkan di wilayah Jatiluwih merupakan beras merah yang terbaik di wilayah Bali.

Subak sendiri merupakan organisasi tradisional yang mengatur sistem irigasi yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali.

Uniknya, selain dijual, masyarakat lokal juga mengolah beras merah tersebut menjadi teh yang bermanfaat bagi kesehatan di antaranya membantu menurunkan berat badan, menjaga keseimbangan gula darah, menurunkan kolesterol, dan sebagai sumber anti oksidan. Teh beras ini telah diproduksi secara komersil dan dipasarkan di wilayah Bali.

Ke depan, pengelolaan persawahan di Jatiluwih akan diarahkan ke konsep organic farm, di mana 100 persen pupuk yang digunakan merupakan pupuk alami, misalnya seperti kotoran sapi milik penduduk lokal.

Topik Menarik