Pengkhianatan Orang Dekat Raja Mataram Pasca Kalah Perang Melawan VOC Belanda

Pengkhianatan Orang Dekat Raja Mataram Pasca Kalah Perang Melawan VOC Belanda

Nasional | sindonews | Selasa, 19 Agustus 2025 - 06:31
share

Kekalahan Kerajaan Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung menyerang VOC di Batavia menimbulkan perkara baru. Orang kepercayaan Sultan Agung yang juga pemimpin pasukan bernama Dipati Ukur merencanakan pemberontakan ke sang penguasa.

Pasalnya Dipati Ukur menyadari bahwa kekalahan atas VOC bakal membuat Sultan Agung marah ketika ia dan pasukannya pulang ke Mataram. Maka ia memutuskan untuk bersembunyi dan bertahan di Gunung Pongporang dengan pasukannya.

Strategi penyerangan Mataram pun disusun oleh Dipati Ukur, ia mencoba membelot agar menghindari hukuman mati akibat kalah perang melawan VOC. Sebagaimana dikutip dari "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati Hingga Amangkurat II", rencana Dipati Ukur itu ditolak oleh empat orang umbul pengikut Dipati Ukur, yaitu umbul-umbul Sukakerta, Sindangkasih, Cihaurbeti, dan Indihiang Galunggung.

Baca juga: Dua Bupati Wilayah Mataram Dipecat Sultan karena Membangkang ke VOC Belanda

Keempat umbul itu tidak ingin tinggal terlalu lama di Gunung Pongporang. Karena tidak ada kesepakatan, keempat umbul itu akhirnya memutuskan meninggalkan Gunung Pongporang dan melanjutkan perjalanannya ke Mataram.Sementara di Mataram, pemimpin pasukan satunya Bahurekso melaporkan ke Sultan Agung bahwa kekalahan pasukan Mataram atas VOC karena kekuatannya terpecah, sehingga tidak bisa melakukan serangan serentak ke lawan. Hal ini tentu menimbulkan kekecewaan pada diri Sultan Agung.

Baca juga: Taktik Sandiwara Perang Mataram dan Pasukan Untung Surapati Kelabui VOC Belanda

Kekecewaan Sultan Agung kian bertambah ketika mendapati laporan dari empat umbul pengikut Dipati Ukur, tentang nasib Dipati Ukur yang memilih bersembunyi di Gunung Pongporang. Hal ini memunculkan stigma kekalahan dan tidak kembalinya Dipati Ukur ke Mataram sebagai bentuk pemberontakan ke Kerajaan Mataram.

Sultan Agung lantas memerintahkan Bahurekso mencari sampai ketemu Dipati Ukur dan pasukannya. Berbekal informasi dari empat umbul itu pasukan Mataram bergerak ke Gunung Pongporang. Kabar tentang datangnya serbuan bala tentara Mataram yang dipimpin Bahurekso telah sampai ke telinga Dipati Ukur.

Ia tidak kaget menerima berita itu sebab sebelumnya ia sudah menduga bahwa dirinya dan pengikutnya akan diperangi pasukan Mataram. Maka tiada jalan lain selain menghadapi tentara Mataram yang semakin dekat ke persembunyiannya tersebut. Dipati Ukur lalu mengkondisikan para umbul dan sejumlah pasukannya agar mengatur pasukan masing- masing guna menghadapi peperangan dengan Mataram.Bahurekso lalu mengirimkan utusan kepada Dipati Ukur untuk menanyakan, apakah ia akan menyerah atau tidak. Dipati Ukur menjawab bahwa dirinya memilih yang kedua, yakni dirinya tidak bakal menyerah, bahkan sebaliknya ia akan bertekad untuk melawan.

Maka terjadilah perang besar antara pasukan Dipati Ukur melawan pasukan Bahurekso. Karena jumlah pasukan Bahurekso lebih banyak, pasukan Dipati Ukur dengan mudah dikalahkan.

Namun, Dipati Ukur dan beberapa pengikutnya berhasil meloloskan diri lalu bersembunyi di Gunung Lumbung yang berlokasi di kawasan Batulayang, Cililin, Bandung Barat.

Di sana, mereka membangun sebuah perkampungan dan tinggal bersama sekitar 1000 orang pengikut beserta keluarganya. Di perkampungan ini, ia dan para pengikutnya bercocok tanam, membuka sawah dan tegalan.

Topik Menarik