Adityawarman Menteri Senior Keturunan Singasari di Era Raja Majapahit Tribhuwana Tunggadewi Berkuasa

Adityawarman Menteri Senior Keturunan Singasari di Era Raja Majapahit Tribhuwana Tunggadewi Berkuasa

Nasional | sindonews | Selasa, 17 Juni 2025 - 06:37
share

SINGASARI dan Majapahit merupakan dua kerajaan di Pulau Jawa yang memiliki hubungan erat. Pendiri Majapahit Raden Wijaya dulunya merupakan anak Mahisa Cempaka. Raden Wijaya menikahi putri Raja Singasari terakhir Kertanagara.

Raja perempuan pertama Majapahit Tribhuwana Tunggadewi menunjuk Adityawarman, jadi pejabat senior di kerajaan. Penunjukan ini menjadikan aroma Kerajaan Singasari di era Majapahit begitu kental.

Baca juga: Kehebatan Tribhuwana Tunggadewi, Raja Perempuan Majapahit yang Jago Perang

Sosok Adityawarman, masih keturunan Kerajaan Singasari, dan masih saudara dari Jayanagara, Raja Majapahit kedua.

Adityawarman ditunjuk oleh Tribhuwana Tunggadewi sebagai wreddha menteri, atau pejabat senior menteri. Barangkali kalau di kabinet saat ini semacam menteri koordinator (menko). Sosok Adityawarman digambarkan dalam Arca Manjustri, yang masih berasal dari satu keluarga dengan Kertanagara Raja Singasari terakhir.

Konon Arca Manjustri diletakkan di Candi Jinalaya atau Candi Jago yang berada di Tumpang, Kabupaten Malang. Arca ini konon dibuat dan ditempatkan di Candi Jago, yang dibangun di masa pemerintahan Raja Kertanegara, untuk menghormati Raja Wisnuwardhana.

Adityawarman merupakan keluarga dekat Tribhuwana Tunggadewi sang penguasa ketiga Kerajaan Majapahit. Sosoknya dijadikan arca yang dinamakan Arca Manjustri, di sebuah Candi Jinalaya.

Baca juga: Kisah Tribhuwana Tunggadewi Jadi Raja Majapahit usai Gayatri Tak Mau Naik Tahta

Konon identifikasi Adityawarman yang diarcakan terlihat pada piagam Sanskerta Pu Adityawarman, dengan tulisan "Sebuah Arca Manjustri ditempatkan di Candi Jinalaya oleh Arya Wangsadiraja. Dikutip dari "Tafsir Sejarah Negarakretagama" dari karangan Prof. Slamet Muljana, Manjustri sendiri adalah Bodhisattwa, biasanya diwujudkan sebagai seorang pemuda, yang memegang pedang terhunus di tangannya yang satu, dan sebuah buku di tangannya yang lain.

Pedang itu dimaksudkan sebagai alat untuk memberantas penasaran dan kepalsuan, sedangkan buku itu mengandung ajaran tentang sepuluh laku utama, cita-cita Bodhisatwa yang disebut paramita, yakni dana: derma, sila: tatasila.

Kemudian ksanti: kesabaran, virya: keperwiraan, dyana: meditasi atau samadi, prajnya: kebijaksanaan, upaya-kausalya: sarana, usaha, pranidhana: ketegasan, bala: kekuasaan, dan jinyana: pengetahuan.

Pada umumnya uraian di atas sesuai dengan wujud Arca Manjustri dari Singasari, tetapi ada juga sekedar perbedaannya. Arca Manjustri dari Singasari berupa seorang bangsawan, bermahkota tinggi, duduk bersila, tangan kanannya memegang keris, tangan kirinya ditempelkan pada dada, buku paramita terletak di pangkuan.

Pada keempat sudut sandaran tempat duduknya terdapat arca yang sama dalam bentuk kecil-kecil. Daun teratai menghiasi sisi kanan dan kiri sandaran tempat duduknya. Sebagian dari piagam menghiasi bagian atas. Arca Manjustri sendiri kini berangka tahun 1343. Diduga kuat arca itu merupakan tambahan yang di

Pu Adityawarman, seorang wreddha menteri atau menteri senior saat masa pemerintahan raja Majapahit Tribhuwana Tunggadewi. Dia juga merupakan saudara sepupu Raka Jayanagara, dan hubungan kekeluargaannya dengan Rajapatni didasarkan atas garis keturunan ayahnya yang bernama Adwaya.

Sosok Adityawarman memang dekat dengan keluarga rani Rajapatni, yang memegang kuasa di tanah Jawa, selepas masa Kerajaan Singasari.

Kiranya Adwaya, itu dapat disamakan dengan Adwayabrahma, seorang mahamenteri dari Singasari, yang tercatat pada piagam Jawa kuna Amoghapasa 1286.

Piagam Sanskerta tersebut memperkuat dugaan bahwa Mahamenteri Adwayabrahma, adalah keluarga Raja Kertanegara, dengan sendirinya mempunyai hubungan kekeluargaan yang masih dekat dengan Rajapatni. Persembahan Arca Manjustri sendiri disebut sangat tepat karena baik Adityawarman maupun Gayatri Rajapatni adalah pemeluk agama Buddha.

Topik Menarik