Momen Guru Raja Mataram Pro Belanda Dilantik Jadi Pejabat Istana
JAKARTA - Sultan Amangkurat I penguasa Mataram mengangkat seorang Tumenggung di Istana. Pria yang menduduki jabatan penting itu konon merupakan orang kepercayaannya, sekaligus gurunya yang sudah tua itu.
Wiraguna, Tumenggung yang dilantik oleh Sultan Amangkurat I muncul dari hasil surat menyurat Pemerintah Belanda saat itu. Pengangkatan bekas Guru Raja sebagai Tumenggung Mataram bisa masuk akal sebagai bagian dari balas budinya.
Pernyataan Gubernur Belanda Van Goens yang konon berkawan akrab dengan sang raja serta ayahnya, yang tak lain adalah Sultan Agung. Tumenggung Wiraguna ini telah mengasuh dan dianggap menjadi guru bagi Sultan Amangkurat I ketika ia berusia 5 sampai 15 tahun, atau dari tahun 1624 sampai 1634, dikisahkan dari "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I".
Kronologi Baku Tembak TNI-Polri dan OPM di Bandara Ilaga saat Pesawat Bupati Puncak Mendarat
HJ De Graaf memiliki anggapan seseorang yang diangkat oleh Sultan Amangkurat I ini bukanlah Tumenggung Danupaya melainkan adalah seorang pembesar dengan gelar sama yang untuk pertama kalinya dijumpai Van Goens pada tahun 1648. Selama krisis tahun 1637 putra mahkota sekali lagi minta bantuan gurunya yang tua ini, menawarkan kepadanya rakyat sebanyak 12 sampai 16 ribu orang.
Utusan Belanda Van Goens itu memandang abdi Istana yang selalu bertindak dengan tepat ini sebagai seorang yang berjiwa matang, pandai bergaul, tidak mempunyai ambisi. Justru ia bersifat lembut dan ramah sekali dan dapat memanfaatkan dunia jauh lebih pandai daripada yang lain. Van Goens menyebut maksud yang lain adalah saingan Tumenggung Wiraguna menjadi abdi terkemuka Keraton yakni Tumenggung Wirapatra.
Tumenggung Wiraguna juga mendapat penghargaan dan memperlihatkan rasa persahabatan yang sangat besar kepada utusan-utusan Belanda. Bahkan konon ada utusan bernama Sebalt Wonderaer diterimanya di pintu terdalam rumahnya, dengan pelukan. Kemudian sang utusan itu digandeng sampai ke sebuah kenthil dan dipersilakannya duduk, di tempat itulah ia dan istri-istrinya biasa tidur.
Disanalah utusan Belanda itu mengisahkan diperlihatkannya pula tanda-tanda persahabatannya yang sangat besar dengan menunjukkan keinginannya bergembira ria bersama kami menurut cara-cara Belanda.