Ratusan Siswa di Bali Tak Bisa Baca tapi Lancar Bermedsos, Ketua DPR: Perlu Perhatian Serius

Ratusan Siswa di Bali Tak Bisa Baca tapi Lancar Bermedsos, Ketua DPR: Perlu Perhatian Serius

Nasional | okezone | Kamis, 17 April 2025 - 20:45
share

JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani prihatin terhadap temuan adanya ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng, Bali, yang belum dapat membaca dengan lancar namun lancar ber-media sosial (medsos). Ia mengatakan, temuan ini mencerminkan adanya kesenjangan dalam pemenuhan hak dasar pendidikan di Indonesia.

"Bagaimana mungkin kita berbicara tentang kemajuan teknologi, ekonomi masa depan, dan SDM unggul, jika masih ada anak-anak SMP yang belum mampu membaca dengan lancar? Ini bukan sekadar isu pendidikan, ini adalah tantangan besar dalam upaya kita meningkatkan kesejahteraan rakyat," kata Puan Maharani, Kamis (17/4/2025).

Puan sepakat dengan hal tersebut dan berharap temuan ini mendapat tindak lanjut secepatnya. “Kemampuan membaca merupakan fondasi dasar dalam untuk hidup masyarakat. Temuan di Buleleng Bali ini menjadi refleksi dari ketimpangan layanan pendidikan dan perlunya perhatian serius dari semua pemangku kepentingan,” tuturnya.

Puan khawatir ketika hak dasar seperti literasi belum terpenuhi, maka hal tersebut akan berdampak pada masa depan anak-anak. "Ketika kemampuan membaca belum tercapai secara merata, kita harus introspeksi bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam tata kelola pendidikan kita,” ucap Puan.

Berdasarkan keterangan Pemda setempat, siswa-siswa di Buleleng yang belum lancar membaca itu juga dinilai kurang motivasi diri untuk belajar. Puan meyakini anak-anak yang belum bisa membaca tersebut sebenarnya memiliki potensi yang baik. 

 

“Maka, penting bagi pemerintah melalui kementerian terkait untuk turun tangan membantu anak-anak di Buleleng agar mendapatkan kesempatan belajar yang berkualitas,” ujar mantan Menko PMK itu. 

"Setiap anak yang belum bisa membaca menyimpan potensi luar biasa yang harus kita bantu berkembang. Mereka harus dibantu untuk mendapatkan kesempatan belajar yang berkualitas, karena di balik setiap anak yang belum bisa membaca, tersimpan potensi yang tak boleh kita abaikan," sambung Puan.

Puan menegaskan, agar negara benar-benar hadir dalam memastikan setiap anak bangsa mendapatkan kesempatan belajar yang berkualitas. “Karena di balik setiap anak yang belum bisa membaca, tersimpan potensi yang tak boleh kita abaikan," ujar perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI tersebut.

Selain itu, Puan menyoroti lemahnya deteksi dini terhadap hambatan belajar hingga minimnya dukungan dari lingkungan keluarga dan sekolah sebagai faktor-faktor yang memperburuk situasi yang ada.

"Anak yang belum bisa membaca dengan baik bukan hanya mengalami tantangan secara akademis, tapi juga secara sosial dan emosional. Ini harus menjadi perhatian bersama, bukan hanya tugas guru atau sekolah namun juga menjadi tugas bersama seluruh pihak terkait termasuk orang rumah,” papar Puan.

Seperti diketahui, ratusan SMP di Kabupaten Buleleng, Bali dilaporkan tidak bisa membaca dengan lancar. Padahal, mereka disebut lancar bermain media sosial.

Temuan ini menjadi sebuah keprihatinan mengingat kemampuan membaca siswa seharusnya sudah tuntas sejak siswa duduk di bangku sekolah dasar (SD). Wakil Bupati (Wabup) Buleleng Gede Supriatna berpandangan siswa SMP tersebut sulit membaca karena terlalu sering bermain media sosial (medsos) dan menyarankan agar penggunaan handphone (HP) di lingkungan sekolah dibatasi.

Temuan di Buleleng Bali tersebut pun menambah panjang daftar masih lemahnya kompetensi siswa di Indonesia usai sebelumnya belakangan banyak juga viral di media sosial siswa SMP dan SMA tak bisa perhitungan dasar. 

Di sisi lain, temuan itu sejalan dengan skor literasi PISA Indonesia yang sangat rendah. Nilai PISA sebagai Program Penilaian Pelajar Internasional yang sangat rendah itu terlihat dari indikator literasi membaca, matematika, dan sains siswa Indonesia. 

 

Nilai atau skor PISA sangat penting karena menjadi indikator yang menggambarkan tingkat keterampilan esensial yang diperlukan seseorang di dunia kerja dan masyarakat. 

PISA atau Program for International Student Assessment (PISA) merupakan rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) di mana pada tahun 2022 Indonesia memiliki skor di angka 359, selisih 117 poin dari negara OECD yang memiliki skor rata-rata 476. Studi ini dilakukan untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia setiap tahunnya.

Saat ini, skor literasi PISA Indonesia terendah sepanjang sejarah, mulai 371 pada tahun 2000, 382 pada tahun 2003, 393 pada tahun 2006, 402 pada tahun 2009, 396 pada tahun 2012, 397 pada tahun 2015, 371 pada tahun 2018 dan 359 pada tahun 2022. Selama 2 dekade terakhir tren capaian literasi pada laporan PISA Indonesia mengalami kenaikan kemudian penurunan drastis. 

Bahkan, jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia jauh tertinggal, di mana Singapura memiliki skor 543, Vietnam 462, Brunei Darussalam 429, Malaysia 388, Thailand 379, Indonesia 359, Filipina 347, dan Kamboja 329.

Topik Menarik