Rekam Jejak Halim Perdanakusuma, Masuk AU AS hingga Dijuluki Jimat Hitam

Rekam Jejak Halim Perdanakusuma, Masuk AU AS hingga Dijuluki Jimat Hitam

Nasional | okezone | Rabu, 3 April 2024 - 03:06
share

ABDUL Halim Perdanakusuma yang kemudian namanya diabadikan jadi basis pangkalan udara TNI di Jakarta, Lanud Halim Perdanakusuma ikut melawan Nazi Jerman di Perang Dunia II (PD II).

Masa muda sosok kelahiran Sampang, Madura pada 18 November 1922 itu sempat dihabiskan dengan mengenyam pendidikan di MOSVIA (Middlebare Opleiding School voor Indlansche Ambtenaren), sekolah para pribumi bagi calon pegawai kolonial pamong praja Hindia-Belanda yang berada di Magelang, Jawa Tengah.

Tapi tak lama sekolah di MOSVIA, Halim ikut wajib militer Belanda dan mendapat pendidikan sebagai operator torpedo di kapal Koninklijke Marine atau Angkatan Laut Belanda. Arena Perang Pasifik dengan Jepang yang menyerbu ke Hindia-Belanda pun turut diikutinya, hingga kapalnya sempat dibombardir di perairan Cilacap.

 BACA JUGA:

“Namanya belum ajal, Halim yang terapung-apung di laut lepas, diselamatkan kapal Inggris. Untuk selanjutnya, dibawa ke Australia dan kemudian di India, di mana dia bertemu Panglima Komando Armada Asia Tenggara, Laksamana Lord Louis Mountbatten,” jelas penggiat sejarah komunitas Djokjakarta 1945, Agung Surono Karsonoseputro.

Ditambahkan Agung, Laksamana Mountbatten pada suatu ketika pernah terkesan dengan keterampilan seni lukis Halim, hingga ditawarkan pendidikan militer di Inggris. Jadilah Halim masuk pendidikan RCAF atau Angkatan Udara (AU) Kanada dan kemudian RAF (AU Inggris).

“Selesai pendidikan RCAF, Halim kembali ke induk pasukannya dengan pangkat Letnan Penerbang (Kapten Udara) di RAF dan terlibat dalam puluhan misi. Halim bahkan sempat dianggap juru selamat dan digelari ‘The Black Mascot’, jimat hitam,” tambahnya.

 BACA JUGA:

Sebagai navigator, Halim kala itu sudah dianggap sebagai salah satu navigator jempolan yang disegani. Disebutkan Agung, Halim sempat terlibat dalam 44 misi serangan udara membombardir Nazi Jerman, baik di wilayah Prancis maupun di wilayah Jerman sendiri dengan pesawat pembom Avro Lancaster dan B-24 Liberator.

“Sasaran utamanya ialah pusat-pusat industri Jerman. Serangan-serangan itu dilakukan pada siang dan malam hari. Pernah terjadi dalam perbangan kembali ke pangkalannya, skadronnya dicegat pesawat-pesawat Focke-Wulf. Terjadilah duel udara yang seru. Sekutu kehilangan tiga Pesawat B-17 (Flying Fortress) karena tembakan roket (pesawat) Jerman,” pungkasnya.

Pasca-PD II, Halim yang pulang ke tanah air direkrut dengan tugas sebagai Perwira Operasi oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang di era revolusi, masih dibangun Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) pertama, Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma.

Namun kontribusi dan pengabdian Halim terhadap AURI dan republik yang saat itu masih bayi, tak berlangsung lama.

Topik Menarik