Kisah Letnan Jenderal Soegito yang Rela Ditembak Bawahan demi Lucuti Senjata Musuh

Kisah Letnan Jenderal Soegito yang Rela Ditembak Bawahan demi Lucuti Senjata Musuh

Nasional | sindonews | Selasa, 19 Maret 2024 - 07:06
share

Letnan Jenderal (Letjen) TNI Soegito merupakan salah satu tokoh militer Indonesia yang cukup disegani, mengingat dirinya sempat duduki posisi penting seperti Pangkostrad dan Pangdam Jaya.

Jenderal bintang tiga yang lahir pada 15 Februari 1938 ini juga cukup dikenal di Korps Baret Merah Kopassus. Sebab dirinya sempat menjabat sebagai Danki Yon 2 RPKAD, Danki A Yon 1 RPKAD, hingga Dangrup 1 RPKAD periode 1975-1978.

Terdapat satu kisah yang membuat sosok Jenderal Soegito tersohor di dunia militer Tanah Air. Kisah ini berkaitan dengan tugasnya dalam menjalankan Operasi Seroja di Timor Timur (Timtim) atau Operasi Seroja.

Dalam buku biografi berjudul Letjen (Purn) Soegito, Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen keberanian serdadu kelahiran Yogyakarta 15 Februari 1938 menyabung nyawa di medan operasi membuat namanya diperhitungkan dan disegani oleh musuh-musuhnya.

Dalam operasi tersebut, Soegito memimpin langsung penerjunan prajurit Kopassus di Kota Dili pada 7 Desember 1975. Kala itu, Soegito beserta pasukannya harus terjun dalam serbuan ke Kota Dili dan terlibat langsung pertempuran dengan kelompok bersenjata Fretilin hingga kota tersebut berhasil dikuasai penuh.

Suatu ketika terdapat kelompok bersenjata yang berafiliasi ke Fretilin ingin berdamai dan tidak mau meneruskan konflik dengan ABRI kini bernama TNI. Satuan yang dipimpin oleh Paolino Gamma atau Mauk Moruk ini memilih menyerahkan senjatanya ke TNI.

Namun Mauk Moruk memiliki satu syarat, yakni dipertemukan langsung dengan pejabat tertinggi yang tak lain adalah Soegito.

Dalam pertemuan tersebut kelompok bersenjata Timor Timur tak mau untuk senjatanya dilucuti yang membuat suasana semakin tegang. Menghadapi hal ini Soegito yang dikemudian hari menjabat sebagai Pangdam Jaya ini memberikan satu pesan penting kepada staf pribadinya Sertu Pardi.

"Kalau terjadi apa-apa, kamu hamburkan tembakan ke tempat duduk saya," perintah Soegito kepada Sertu Pardi.

Sertu Pardi yang mendengar perintah itu sontak bingung dan bertanya jika ada tembakan yang mengenai pimpinannya tersebut. Namun Soegito hanya menjawab, "Tidak peduli, tembak, habiskan saja."

Apa yang dikhawatirkan ternyata benar terjadi, meski begitu Soegito cukup beruntung karena berhasil selamat. Usai pertemuan ini prajurit TNI kemudian melakukan pemeriksaan terhadap semua senjata yang telah diserahkan kelompok pemberontak.

Dalam pertemuan itu, Soegito meminta kepada Mauk Moruk untuk mengajak kelompok-kelompok bersenjata lainnya untuk turun gunung dan menyerahkan senjatanya.

Beberapa tahun kemudian, Soegito mendapat informasi bahwa Mauk Moruk yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan bisa berbahasa Inggris dan Indonesia itu memilih pindah ke Lisbon.

Prabowo dalam buku biografinya berjudul Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto. Soegito di mata Prabowo merupakan sosok pemimpin yang selalu berada di tengah-tengah pasukannya ketika merebut Kota Dili.

Itulah sekilas kisah tentang Jenderal Soegito yang rela untuk ditembak bawahannya demi menaklukkan musuh ketika melakukan Operasi Seroja.

Topik Menarik