Fisipol UGM Minta Pratikno dan Ari Dwipayana Mundur dari Upaya Memenangkan Capres-Cawapres Tertentu

Fisipol UGM Minta Pratikno dan Ari Dwipayana Mundur dari Upaya Memenangkan Capres-Cawapres Tertentu

Nasional | okezone | Senin, 12 Februari 2024 - 19:18
share

SLEMAN - Mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menyesalkan langkah dua guru mereka yang kini turut terlibat dalam proses perusakan demokrasi bangsa yang sebelumnya telah telah bertransformasi dari salah satu simbol otoritarianisme terbesar di dunia menjadi salah satu negara demokrasi paling dinamis di Asia.

Para mahasiswa menyadari, dua guru mereka telah menjadi bagian dari persoalan bangsa. Untuk itu, mereka mewakili Pratikno dan Ari Dwipayana menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas hal itu.

"Namun, sayangnya, lebih dari 20 tahun sejak datangnya berkah tersebut, demokrasi Indonesia justru mengalami kemunduran," ujar perwakilan mahasiswa DPP Fisipol UGM, Rubiyansah, Senin (12/2/2024).

Justru hari ini, di tengah perhelatan Pemilu 2024, kita menyaksikan demokrasi sedang menuju ambang kematiannya. Rakyat disuguhi serangkaian tindakan pengangkangan etik dan penghancuran pagar-pagar demokrasi yang dilakukan oleh kekuasaan. Para penguasa dengan tidak malu menunjukkan praktik-praktik korup demi langgengnya kekuasaan. Konstitusi dibajak untuk melegalkan kepentingan pribadi dan golongannya.

Melihat ini semua, rasanya demokrasi Indonesia bukan hanya sekedar mundur ataupun cacat, tetapi sedang sekarat. Rakyat melihat bersama, bahwa kekuasaan telah merusak pagar yang menjaga agar demokrasi tetap hidup dan terus dapat dirayakan. Jika pada akhirnya demokrasi kita, demokrasi milik rakyat Indonesia ini, mati, maka sejarah akan mengingat siapa saja pembunuhnya.

"Untuk itu, menjadi keharusan bagi seluruh pihak untuk menyadarkan kekuasaan atas perbuatannya," ujar dia.

Rubiyah mengatakan setelah gelombang petisi dari universitas, mahasiswa UGM merasakan adanya sebuah konflik yang sublim antara akademisi dengan rezim. Dan sayangnya ada civitas dari Fisipol UGM yaitu Pratikno dan Ari Dwipayana yang terlibat di dalam pusaran konflik itu.

Mereka merasa sebagai sebuah institusi akademik tetutama sebagai mahasiswa maka perlu menginisiasi untuk memberikan langkah yang jelas dalam konflik. Dan kebetulan konflik itu di terparah dipertajam oleh civitas akademika mereka sendiri.

"Peran mereka yang hanya sebatas mereka (Praktikno dan Ari Dwipayana) ya mereka bagian dari kekuasaan itu tetapi kembali lagi itu adalah persoalan sistemik yang kami sayangkan mereka memang politik itu pada akhirnya merubah karakter seseorang terutama akademisi,"tambahnya.

Tetapi yang mereka sayangkan dua orang civitas akademika Fisipol UGM ikut terlibat. Sehingga para mahasiswa dan alumni Fisipol UGM mengingatkan keduanya mungkin lupa dengan apa yang selama ini diajarkan keduanya kepada para mahasiswa.

Ketua DPP Fisipol UGM Abdul Gaffar Karim menambahkan kampus sebagai bagian demokrasi memang memiliki kewajiban moral untuk menjadi penyeimbang kekuasaan dan sebagai kontrol kekuasaan. Mereka menyambut baik apa yang disampaikan mahasiswa kepada dua dosen Pratikno dan Ari Dwipayanan untuk bisa kembali ke demokrasi yaitu kembali menjadi akademisi kembali bagian dari kontrol penguasa.

"Ya sejak diberitakan peran keduanya sebagai perusak demokrasi menimbulkan rasa gundah di kalangan internal Fisipol UGM," ujarnya.

Oleh karenanya, DPP Fisipol meminta agar mereka menarik diri dulu dari upaya-upaya memenangkan salah satu kandidat. Keduanya lebih elegan ketika melaksanakan tugas negara mereka sesuai dengan ketugasannya di Kesekretariatan Negara.

Topik Menarik