Kisah Jenderal Soedirman, Anak Didik Muhammadiyah yang Jadi Panglima Besar TNI

Kisah Jenderal Soedirman, Anak Didik Muhammadiyah yang Jadi Panglima Besar TNI

Nasional | okezone | Senin, 29 Januari 2024 - 06:02
share

JENDERAL Soedirman merupakan Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sosok perwira tinggi masa revolusi nasional Indonesia ini sangat dihormati dan disegani. Nama dan kisahnya masih dikenang sampai kini, menjadi inspirasi bagi generasi bangsa.

Soedirman diangkat jadi Panglima TNI oleh Presiden Soekarno di Yogyakarta, pada 27 Juni 1947, saat lagi panas-panasnya perang revolusi melawan Sekutu.

Lahir di Purbalingga pada 24 Januari 1916, Soedirman merintis karier militernya sebagai tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA), organisasi paramiliter yang dibentuk oleh Jepang. Di situlah ia digembleng keperwiraannya hingga menjadi satu-satunya jenderal bintang lima di Indonesia.

Melansir dari berbagai sumber, Jenderal Soedirman disebut mempunyai kharisma dan wibawa tersendiri, kepribadiannya ini setidaknya tidak saat merintis karier di PETA dimilikinya.

Soedirman kecil diasuh dan diangkat anak Wedana (Camat) Rembang Raden Tjokrosoenarjo. Saat itulah sejak menjadi anak angkat Asisten Wedana ia kecil bisa bersekolah yang hanya bisa dinikmati anak-anak priyai Jawa yaitu Hollandsche Inlandsche School (HIS).

Sebagaimana dalam buku Sang Komandan Karya Petrik Matanasi, setelah lulus dari HIS, Soedirman kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Yaman Siswa dan Hollandsche Indische Kweekschool (HIK) Muhammadiyah, Solo. Tetapi dia tak sampai lulus dikarenakan kendala oleh biaya.

Soedirman sangat aktif dalam berbagai kegiatan sejak duduk dibangku sekolah termasuk sebagai pengurus kepanduan Hizbul Wathan (HW) yang dijalankan oleh organisasi Islam, Muhammadiyah.

Dahulu ia sempat menjadi Guru di Wirotomo saat berusia 20 tahun dan pernah sebagai kepala Sekolah. Ia juga pernah menjadi tokoh Pemuda Muhammadiyah dan memimpin Hizbul Wathan cabang Cilacap.

Soedirman tetap mengabdi menjadi guru dan aktif di Muhammadiyah meskipun gaji yang didapatkanya hanya 12,5 golden. Alhasil dari situlah kewibawaan dan kharismanya terbentuk.

Sejak muda ia sudah aktif di Hizbul Wathan dan menjadi kader, disitulah dirinya militansinya ditempa dan sudah mulai tertanam nilai-nilai cintah tanah air.

Namun demikian situasi berubah usai Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati 1942. Saat Jepang membuka PETA, Soedirman mulai tertarik dengan militer.

Berlatar belakang kepala sekolah, Soedirman akhirnya bisa sekolah perwira di PETA Bogor. Berkat pendidikan keras di sekolah perwira PETA di Bogor, lahirlah Soedirman baru yang sudah mengerti betul sejumlah metode-metode perang ala Jepang dan menjadi komandan Daidan (Batalyon) di Kroya, Cilacap.

Topik Menarik