Kisah Achmad Subardjo, Penyumbang Pokok Pemikiran Alinea Pertama Teks Proklamasi

Kisah Achmad Subardjo, Penyumbang Pokok Pemikiran Alinea Pertama Teks Proklamasi

Nasional | BuddyKu | Minggu, 6 Agustus 2023 - 06:10
share

JAKARTA - Nama Achmad Soebardjo memang tak setenar Ir Soekarno atau Moh. Hatta. Namun Achmad Soebardjo merupakan salah satu sosok yang memiliki sejarah penting bagi Indonesia.

Achmad Soebardjo merupakan salah satu perumus teks proklamasi bersama dengan Soekarno dan Moh. Hatta dalam peristiwa Rengasdengklok. Setelah kemerdekaan, Achmad Soebardjo ditunjuk langsung oleh Soekarno sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia.

Pria dengan nama lengkap Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo ini lahir pada 23 Maret 1896 di Teluk Lambe, Karawang. Ayahnya merupakan keturunan bangsawan Aceh bernama Teuku Yusuf, sedangkan ibunya masih memiliki darah ningrat Jawa bernama Wardinah.

Kisah Bung Karno Terkena Malaria saat Bacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Soebardjo kecil memiliki nama Teuku Abdul Manaf. Namu kemudian berubah menjadi Soebardjo berdasarkan saran dari rekan ayahnya yang bernama Raden Mas Said.

Achmad Soebardjo menempuh pendidikan Europesche Legore School (ELS) di Kwitang, dilanjutkan dengan Hogere Burger School Koning William III di Salemba, Jakarta dan lulus pada tahun 1917.

Achmad Soebardj kemudian melanjukan pendidikannya di Unversitas Leiden dan mendapatkan gelar Meester in de Rechter di Belanda setelah lulus sebagai sarjana hukum pada 1933.

Meskipun berkuliah di luar negeri, Achmad Soebardjo tetap aktif mengikuti beberapa organisasi pergerakan seperti Jong Java dan Perhimpunan Indonesia. Selain itu, ia juga menghadiri forum Liga Anti Imperialisme dan Penindasan di Brussel Belgia.

Sekembalinya ia ke Tanah Air, Achmad Soebardjo lebih dulu melakukan perjalanan politiknya ke Jepang. Di sana ia menemukan pemikiran terhadap negara tersebut, berupa teori ekspansi ke selatan serta Pan Asianisme. Ia kemudian dipercaya sebagai salah satu angkatan laut Jepang yang diketuai oleh Laksamana Maeda.

Ternyata Ini Alasan Kenapa Ada Coretan di Teks Asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Dari sini ia kemudian ia memiliki hubungan yang baik dengan beberapa orang Jepang, sehingga menimbulkan suatu perlindungan dari pihak Kaigun. Selain itu, Achmad Soebardjo juga diberikan wewenang untuk menjaga tempat pendidikan yang didirikan oleh pemuda Indonesia.

Perannya dalam Kemerdekaan Indonesia

Dalam masa persiapan kemerdekaan Indonesia, Achmad Soebardjo tergabung sebagai salah satu anggota BPUPKI. Di sana ia menyumbangkan pemikirannya dalam menyusun dasar negara.

Salah satu pendapatnya yang mengatakan bahwa meniru konstitusi negara lain merupakan suatu kesalahan dalam merancang konstitusi Indonesia, pendapatnya ini kemudian menjadi pertimbangan anggota BPUPKI dalam menyusun dasar negara.

Achmad Soebardjo juga diikutsertakan dalam perancangan pembukaan UUD 1945 oleh panitia sembilan. Sebuah panitia yang dibentuk dan diketuai oleh Soekarno. Pada perancangan ini, Achmad Soebardjo kembali menyampaikan gagasannya yang kemudian dimasukkan dalam paragraf pembukaan UUD 1945.

Gagasannya itu, yakni bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Setelah BPUPKI dibubarkan, Achmad Soebardjo kemudian aktif dalam badan baru yang dibentuk Jepang untuk menggantikan BPUPKI, yakni PPKI. Disana ia diangkat sebagai wakil ketua badan perancang yang bertugas untuk menyampaikan surat undangan rapat PPKI kepada para anggota.

Situasi Sempat Menegang, Perdebatan Menyelimuti Pembahasan Proklamasi Kemerdekaan

Kemudian saat Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, terjadi pergolakan antara golongan muda dan golongan tua. Golongan muda mendesak Soekarno-Hatta untuk segera melakukan proklamasi kemerdekaan, tetapi ditolak oleh Soekarno-Hatta sebab mereka ingin menunggu keputusan PPKI terlebih dahulu.

Akibat penolakan tersebut, golongan muda berencana untuk menculik dan mengasingkan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok agar mereka tidak terpengaruh oleh Jepang.

Achmad Soebardjo berusaha mencari keberadaan Soekarno-Hatta dengan menumui Wikana sebagai salah satu golongan muda. Achmad Soebardjo meyakinkan Wikana bahwa proklamasi akan segera dilakukan.

Setelah itu ia pun diantarkan menuju Rengasdengklok. Tetapi Achmad Soebardjo tidak langsung diantarkan kepada Soekarno-Hatta, melainkan menemui Mayor Subeno terlebih dahulu.

Mayor Subeno meminta agar proklamasi dilakukan pada saat itu juga, tetapi Achmad Soebardjo menolak karena menganggap hal tersebut tidak masuk akal. Sama seperti saat ia menemui Wikana, Achmad Soebardjo juga menyakini Mayor Subeno bahwa proklamasi akan segera dilakukan.

Usai Proklamasi Kemerdekaan Dibacakan, Situasi Jakarta Terancam dan Tak Kondusif

Ia bahkan memberikan jaminan jika ia gagal maka ia bersedia untuk di tembak mati. Achmad Soebardjo kemudian diizinkan untuk membawa Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.

Bertempat di rumah Laksamana Maeda, Achmad Soebardjo bersama Soekarno-Hatta merumuskan teks proklamasi. Mereka sama-sama menuangkan ide dan pikiran mengenai teks proklamasi. Achmad Soebardjo menyumbangkan pokok pemikirannya pada kalimat Kami Rakyat Indonesia, Dengan ini menyatakan kemerdekaan kami.

Kalimat tersebut berada di alinea pertama rumusan teks proklamasi. Tetapi kemudian berubah menjadi Kami bangsa Indonesia setelah melalui beberapa pertimbangan. Teks proklamasi itu kemudian ditanda tangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Pada masa awal kemerdekaan, Achmad Soebardjo ditunjuk langsung oleh Soekarno sebagai menteri luar negeri pertama Indonesia. Ia ikut berjuang dalam mengupayakan agar kemerdekaan Indonesia diakui secara internasional.

Tetapi pada masa kabinet Sjahrir, Achmad Soebardjo sempat dipenjara karena dianggap sebagai kolaborator Jepang yang mengancam jalannya pemerintahan. Ia ditahan di penjara Tretes Magelang dan dibebaskan atas keputusan Soekarno pada 17 Agustus 1948.

Achmad Soebardjo kemudian wafat akibat menderita flu yang menimbulkan komplikasi pada 15 Desember 1978. Ia dimakamkan di Cipayung, Bogor.

Topik Menarik