Masjid Qiblatain, Saksi Bisu Perpindahan Kiblat Umat Islam yang Masih Lestari

Masjid Qiblatain, Saksi Bisu Perpindahan Kiblat Umat Islam yang Masih Lestari

Nasional | BuddyKu | Senin, 10 Juli 2023 - 08:28
share

AKURAT.CO Masjid Qiblataian menjadi salah satu tempat bersejarah yang masih lestari hingga kini. Khusus di musim haji, masjid yang terletak sekitar 7 kilometer dari Masjid Nabawi ini dikunjungi ribuan umat Islam dari berbagai negara di dunia.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Akurat.co dari polisi ( syurthah ) setempat yang menjaga masjid tersebut, masjid Qiblatain artinya ialah masjid dua arah. Masjid yang masih berada di wilayah kota Madinah ini dibangun pasca dua tahun kedatangan Nabi Muhammad SAW di kota suci Madinah.

"Dua tahun setelah Nabi hijrah ke Madinah, Masjid Qiblataian dibangun. Awalnya bernama Masjid Salamah, karena dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah," kata Sami Furaij As-Subhi, salah seorang polisi Arab Saudi di Masjid Qiblataian, kepada wartawan MCH, Minggu (9/07/2023).

Sami menambahkan, awal mula dibangunnya masjid itu berawal saat Rasulullah berkunjung ke Bani Salamah. Beliau dan sahabatnya hendak menghibur seorang sahabat bernama Ummu Bishr binti Barra\' yang baru saja ditinggal wafat keluarganya.

Saat tiba waktu Zuhur, lanjut Sami menjelaskan, Rasulullah bersama sahabatnya melaksanakan salat Zuhur berjamaah. Pada dua rakaat pertama, arah kiblat masih menghadap Baitul Maqdis, Palestin. Namun setelah beliau merampungkan rakaat kedua tersebut, kemudian turun wahyu melalui Malaikat Jibril agar kiblat beralih menghadap Masjidil Haram, Makkah.

Sami menyebut ayat Al-Quran yang turun saat perpindahan arah kiblat di masjid Qiblatain, yaitu surat Al-Baqarah Ayat 144. Allah SWT berfirman;

Artinya: "Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan."

Menurut Sami, ketika ayat tersebut turun Nabi langsung berputar 180 derajat. Gerakan Rasulullah itu diikuti oleh para sahabatnya. Dari sini Masjid Salamah kemudian lebih masyhur dikenal dengan Masjid Qiblataian atau masjid dua arah.

Sepintas Gambaran Masjid dan Lokasinya

Saat pertamakali tiba di lokasi Masjid Qiblataian jemaah yang berkunjung diarahkan di bagian depan masjid yang memang tidak jauh dari tempat parkir mobil-mobil para peziarah. Layaknya masjid-masjid lain di Makkah maupun Madinah, ratusan burung merpati menambah kesan indah masjid berwarna putih itu.

Saat sampai di bagian depan masjid, jemaah akan melihat dua kubah kembar yang memiliki ukuran yang berbeda. Kubah utama yang menunjukkan arah kiblat saat ini, sementara kubah masjid yang lebih kecil dijadikan sebagai pengingat arah kiblat sebelumnya, yaitu Baitul Maqdis, Palestina.

Lokasi ziarah di masjid untuk laki-laki dan perempuan terpisah. Jika dari arah depan, untuk masuk ke lokasi masjid khusus perempuan berada di sebelah kanan masjid, sedangkan untuk laki-laki berada di sebelah kirinya.

Sebelum masuk ke dalam masjid, jemaah akan melewati bagian samping tempat-tempat wudu maupun toilet yang terletak di lantai pertama. Sedangkan bagian dalam masjid atau tempat untuk salat dan ziarah berada di lantai kedua.

Pada bagian interior masjid didapati simbol seperti gambar menara kecil yang memberi isyarat adanya transisi perpindahan arah kiblat. Sedangkan di lokasi mimbar masjid, terdapat replika mihrab yang terkesan tradisional. Karpet bagian dalam masjid berwarna merah. Jemaah bebas berkunjung di dalam masjid tersebut tanpa dipungut biaya sepeserpun.

Selain sebagai bukti sejarah pindahnya kiblat umat Islam, masjid Qiblatain masih digunakan untuk beribadah masyarakat sekitar, seperti salat lima waktu. Tempat ini dijadikan salah satu lokasi bersejarah yang patut diziarahi oleh umat Islam saat pergi ke tanah suci Madinah.

"Umat Islam ke sini berziarah, ke tempat peninggalan sejarah Islam," pungkas Sami, yang merupakan warga asli Arab Saudi.[]

Topik Menarik