Alasan Runtuhnya Kerajaan Kahuripan yang Dipimpin Raja Airlangga

Alasan Runtuhnya Kerajaan Kahuripan yang Dipimpin Raja Airlangga

Nasional | BuddyKu | Jum'at, 16 Juni 2023 - 15:18
share

JAKARTA, celebrities.id - Alasan runtuhnya kerajaan Airlangga di kerajaan Kahuripan perlu kamu ketahui dengan benar dan tepat. Sejarah satu ini nyatanya sangat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan terkait sejarah masa lampau terkait sebuah dinasti kerajaan.

Tepat zaman abad ke-11, mulailah muncul kerajaan bercorak Hindu Buddha yang sangat berkuasa di wilayah di Jawa Timur yaitu kerajaan Kahuripan. Dimana pada saat itu kerajaan tersebut dipimpin oleh Prabu Airlangga melanjutkan Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur (Kerajaan Medang).

Namun kekuasaan tersebut hanya bersifat sebentar saja, sebab kerajaan Kahuripan sempat runtuh oleh musuh dan membuat Prabu Airlangga kian turun tahta. Lantas apa alasan dibalik runtuhnya kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Airlangga?

Berikut Celebrities.id merangkum dari berbagai sumber, Jumat (16/6/2023) terkait alasan tepat runtuhnya kerajaan Airlangga.

Alasan Runtuhnya Kerajaan Kahuripan yang Dipimpin oleh Airlangga

Sejarah awal runtuhnya kerajaan Kahuripan sebenarnya dilandaskan dari sebuah peristiwa runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno atau bisa disebut dengan kerajaan Madang. RajaKerajaan Kahuripan Kerajaan Medang yang terakhir bernama Dharmawangsa Teguh, merupakan saingan berat Kerajaan Sriwijaya.

Tepat pada tahun 1006, Raja Wurawari dari Lwaram (sekutu Sriwijaya) menyerang Watan, ibu kota Kerajaan Medang, yang tengah mengadakan pesta perkawinan. Pada penyerangan tersebut raja Dharmawangsa Teguh tewas, sedangkan keponakannya yang bernama Airlangga lolos dalam serangan itu.

Akhir Kekuasaan Kerajaan Kahuripan

Airlangga adalah putra pasangan Mahendradatta (saudari Dharmawangsa Teguh) dan Udayana raja Bali. Ia lolos ditemani pembantunya yang bernama Narotama. Sejak saat itu Airlangga menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan pegunungan (wonogiri).

Pada akhir pemerintahannya, Airlangga berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Calon raja yang sebenarnya, yaitu Sanggramawijaya Tunggadewi, memilih menjadi pertapa dari pada naik takhta.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu bagian barat bernama Kadiri beribu kota di Daha, diserahkan kepada Sri Samarawijaya, serta bagian timur bernama Janggala beribu kota di Kahuripan, diserahkan kepada Mapanji Garasakan.
Setelah turun takhta, Airlangga menjalani hidup sebagai pertapa sampai meninggal sekitar tahun 1049.*

Topik Menarik