Kritikus Mode Bicara soal Citayam Fashion Week, Happening Moment

Kritikus Mode Bicara soal Citayam Fashion Week, Happening Moment

Nasional | jawapos | Senin, 25 Juli 2022 - 16:46
share

JawaPos.com Citayam Fashion Week memberi warna baru kawasan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta. Anak-anak yang menciptakan tren dan meramaikan kawasan ini adalah warga Citayam dan Bojong Gede, kota penyangga Jakarta.

Dengan bergaya di zebra cross dengan gaya busana apa adanya, mereka menjadi magnet yang menghipnotis para selebriti hingga pejabat untuk ikut-ikutan bergaya di sana.

Lalu mengapa fenomena ini bisa muncul dan menjadi viral? Sampai kapan fenomena dan keriuhan ini akan bertahan?

Kritikus Mode Sonny Muchlison menjelaskan analisa dan pendapatnya. Menurutnya ada tiga hal mengapa fenomena ini bisa muncul. Ini hanya karena adanya berbagai kemudahan saja atau accessibility , jelas Sonny kepada JawaPos.com, Senin (25/7).

Pertama, kata dia, adalah kemudahan dalam hal bermedia sosial. Anak-anak muda dari Citayam dan Bojong Gede itu umumnya pengguna Tik Tok hingga Instagram. Mereka datang karena ada sesuatu yang viral dan semakin viral.

Kedua, menurut Sonny, adanya kemudahan akses transportasi. Dengan hanya Rp 4-5 ribu dan waktunya pun relatif cepat, anak-anak muda itu bisa datang ke ibu kota dengan menggunakan KRL. Mereka juga bisa pulang dan pergi dengan mudah.

Ketiga, kata dia, yakni reaksi masyarakat yang mudah ditangkap dengan hadirnya media sosial, akhirnya memunculkan sebuah pengakuan. Eksistensi inilah yang membuat mereka akhirnya semakin ramai dan berdatangan.

Berbagai kemudahan ini membuat mereka tak hanya dianggap sebagai anak kampung saja. Meskipun mereka dari keluarga terbatas lah. Ingin memenuhi keinginan sama dengan orang lain. Awalnya niatnya hang out , tetapi ini kemudian menjadi viral, jelas Sonny.

Akankah Bertahan Lama?

Hal itu, kata dia, tergantung pada mood , kejenuhan, hingga aturan atau regulasi dari pemerintah. Apalagi saat ini mereka sudah semakin dikendalikan atau dikontrol terkait jam nongkrong atau dalam hal menjaga kebersihan.

Sampai berapa lama itu tergantung sama kejenuhan mereka juga. Ini kan akan bergantung pada aturan juga. Pemerintah sudah mau mengendalikan, controlling juga, kebersihan, harus bubar jam 10 malam, jelasnya.

Terakhir, kata dia, memindahkan mereka ke lokasi lain bukan solusi. Pasalnya, kemudahan akses tadi itulah yang membuat mereka sampai datang ke kawasan Sudirman.

Lalu misalnya kalau mau dipindahkan areanya, mereka bukan tipe begitu. Justru karena kemudahan akses itulah mereka muncul. Ini tuh happening moment saja. Ada satu momen hedonisme dalam kehidupan lalu didukung oleh media sosial, tutup Sonny.

Topik Menarik