DPRD Surabaya Temukan Bisnis Prostitusi Masih Buka di Kawasan Dolly
JawaPos.com - Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya Imam Syafii menyatakan, ada bisnis prostitusi di kawasan Dolly dan Jagir. Berdasar pemantauannya, bisnis prostitusi menggeliat lagi di kawasan lokalisasi yang sudah ditutup sejak beberapa tahun lalu.
Imam menegaskan, bisnis prostitusi di kawasan tersebut kini muncul dalam skala kecil. Setelah melakukan investigasi ke lapangan, ternyata kabar bukanya lagi Dolly bukan isapan jempol, kata Imam pada Rabu (6/7).
Di Dolly dan Moroseneng, menurut pengakuan Imam, pihaknya menemukan 10 wisma yang kembali beroperasi. Bisnis prostitusi itu kembali berjalan secara tertutup.
Modusnya wisma digembok dari luar. Gembok dibuka jika makelar di depan rumah membawa masuk laki-laki hidung belang yang ingin jajan kue cinta instan (penjaja seksual) di dalamnya (wisma), papar Imam Syafii.
Menurut Imam, transaksi berlangsung saat tamu datang ke wisma. Tamu tersebut kemudian bisa memilih perempuan yang dijajakan.
Jadi tamu bisa memilih cewek-cewek yang di- display di showroom . Harganya Rp 180 ribu dan Rp 200 ribu, jelas Imam.
Di beberapa gang di Jalan Dolly, Imam memergoki beberapa kafe yang digunakan untuk bisnis prostitusi. Di dekat jalan utama di Gang Dolly, perempuan penjaja cinta ditawarkan secara tak langsung.
Di Dolly agak beda. Saya memergoki kafe dipakai untuk prosititusi. Tidak jauh dari mulut Gang Dolly. Di pinggir jalan utama. Tidak ada ruang pamer gadis-gadis penjaja cinta duduk berderet di sofa. Seperti di Morsen (Moroseneng), papar Imam Syafii.
Kemudian bagaimana tamu bisa memilih perempuan pekerja seks? Tamu memilih pekerja seks dengan foto di ponsel.
Jadi supaya bisnis haram ini tidak terendus petugas keamanan, makelar menunjukkan menunjukkan foto sejumlah gadis di handphone , ujar Imam Syafii.
Berdasar hasil penelusuran, pekerja seks di foto terlihat cantik dan muda. Bila tamu sudah memilih pekerja seks tertentu, makelar pun langsung menjemput pekerja seks itu.
Langsung dijemput dari tempat kos mereka. Tidak jauh dari kafe yang buka hingga jam 4 subuh itu, kata Imam Syafii.
Sebagai bentuk preventif, Imam menyatakan, telah menyampaikan persoalan tersebut ke Komisi A DPRD Kota Surabaya. Diharapkan pemerintah kota dan seluruh pihak mampu mencari jalan keluar dari masalah itu.
Semoga bisa mencari jalan keluar dari masalah ini, ucap Imam Syafii.










