Dampak Perang Rusia-Ukraina Sekjen Partai Gelora Sebut Indonesia Terancam Krisis Pangan

Dampak Perang Rusia-Ukraina Sekjen Partai Gelora Sebut Indonesia Terancam Krisis Pangan

Nasional | rm.id | Sabtu, 19 Maret 2022 - 16:19
share

Pemerintah sebaiknya melakukan mitigasi risiko dari dampak perang Rusia-Ukraina di sektor pangan. Pasalnya, perang kedua negara belum ada tanda-tanda bakal dalam waktu dekat.

Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik dalam Webinar Moya Institute bertajuk "Dampak Global Invasi Rusia ke Ukraina", Jumat (18/3/2022) petang.

Dikatakan, persoalan pangan sebenarnya telah terjadi selama dua tahun terakhir karena pandemi Covid-19.

"Perang Rusia-Ukraina ini menjadi faktor tambahan bagi problem pangan dunia," imbuhnya.

Menurut dia, ada beberapa hal yang harus diperhatikan Indonesia untuk memitigasi dampak perang Rusia dan Ukraina bagi sektor pangan.

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tingkat produksi pangan.

Indonesia, kata Mahfuz, seharusnya mampu meningkatkan produksi pangan guna mengantisipasi perang Rusia dan Ukraina dalam jangka panjang.

Kemudian hal kedua yang harus dipertimbangkan adalah diversifikasi pangan.

"Faktanya, kita justru masih mengalami persoalan terkait upaya diversifikasi pangan, contohnya terlihat dalam komoditas kedelai," ujar Mahfuz.

Sekjen Partai Gelora ini mengingatkan beberapa hal lainnya harus dicermati adalah rantai distribusi pangan, mekanisme harga dan transparansi pasar.

Selain itu, tingkat dependensi global di sektor perdagangan dan pasokan, serta pengembangan teknologi pertanian.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Mukhaer Pakkanna, mengatakan invasi Rusia ke Ukraina membuat perekonomian Indonesia dihantui stagflasi.

Mukhaer menerangkan, stagflasi adalah suatu kondisi ketika pertumbuhan ekonomi lambat, pengangguran tinggi dan inflasi tinggi terjadi secara bersamaan.

"Ini adalah fenomena yang tidak wajar dan kontras dengan kontraksi atau resesi, yakni ketika pertumbuhan rendah, inflasi tinggi dan pengangguran tinggi," ujarnya pula.

Dia mencontohkan, Ukraina memasok 2,96 juta ton gandum atau setara 27 persen dari total gandum yang diimpor Indonesia.

Maka, harga gandum akan naik seiring dengan invasi Rusia ke Ukraina, yang pastinya akan berdampak pada konsumsi masyarakat Indonesia.

"Dan Indonesia adalah negara pengonsumsi mi instan terbesar kedua di dunia, dengan total 12,6 miliar porsi pada 2020," katanya. [FAZ]

Topik Menarik