Hanya untuk Membantu Rakyat Muslim Bosnia, Mantan Presiden Indonesia Ini Rela Menandatangani Surat Kontrak Mati

Hanya untuk Membantu Rakyat Muslim Bosnia, Mantan Presiden Indonesia Ini Rela Menandatangani Surat Kontrak Mati

Nasional | riau24.com | Sabtu, 29 Januari 2022 - 18:30
share

RIAU24.COM- Tahun 1992-1995, konflik di Balkan memakan korban ribuan rakyat Bosnia. Tentara Serbia menggelar aksi kejam untuk memusnahkan etnis Bosnia. Pembantaian yang terjadi terhadap Muslim Bosnia tercatat sebagai genosida paling mengerikan setelah Perang Dunia II usai.

Di tengah baku tembak antara Bosnia dan Serbia, itulah Presiden Soeharto berkunjung ke Balkan. Setelah bertemu Presiden Kroasia Franjo Tudjman, di Zagreb pada tahun 1995, Presiden Soeharto pamit untuk melanjutkan perjalanan ke Sarajevo, ibu kota Bosnia Herzegovina.

Anggota rombongan kaget. Baru saja mereka mendengar kabar pesawat yang ditumpangi Utusan Khusus PBB Yasushi Akashi ditembaki saat terbang ke Bosnia. Namun insiden penambakan itu tidak menyurutkan langkah pemimpin negara Non Blok ini berangkat ke Bosnia.

Setelah berdebat, PBB mengizinkan Soeharto terbang ke Bosnia. Syaratnya, Soeharto harus menandatangani surat pernyataan risiko. Artinya PBB tak bertanggung jawab jika suatu hal menimpa Presiden RI kedua ini di Sarajevo.

Presiden Soeharto langsung meminta formulir kepada Kolonel Sjafrie Sjamsoeddin, Komandan Grup A Pasukan Pengaman Presiden. Dia langsung menandatangani surat itu tanpa ragu.

Sjafrie ketar-ketir juga. Apalagi saat Soeharto menolak mengenakan helm baja. Dia juga tak mau menggunakan rompi antipeluru seberat 12 kg yang dikenakan oleh setiap anggota rombongan. "Eh, Sjafrie, itu rompi kamu cangking (jinjing) saja," ujar Soeharto pada Sjafrie.

Pak Harto tetap menggunakan jas dan kopiah. Sjafrie pun ikut-ikutan mengenakan kopiah yang dipinjamnya dari seorang wartawan yang ikut. Tujuannya untuk membingungkan sniper yang pasti akan mengenali Presiden Soeharto di tengah rombongan. "Ini dilakukan untuk menghindari sniper mengenali sasaran utamanya dengan mudah," terang Sjafrie.

Suasana mencekam. Saat mendarat di Sarajevo, Sjafrie melihat senjata 12,7 mm yang biasa digunakan untuk menembak jatuh pesawat terbang terus bergerak mengikuti pesawat yang ditumpangi rombongan Presiden Soeharto.

Postingan di sosial media Instgram yang menjelaskan mengnenai surat kontrak mati ini dibagikan melalui akun sosial media Instagram milik @diversa.fakta (24/11/2021). Setidaknya postingan tersebut telah mendapatkan sebanyak kurang lebih 2 Ribu tanda suka

@bayangans3nja : Terserah orang bilang apa, beliau luar biasa di hati setiap orang yang sayang kepada beliau. Alhamdulillah zaman dulu tentram sekali.. Semoga kedepannya bangsa ini lebih tentram

@fadhlan13_proart_design : Pernah dengar cerita kenapa Indonesia "dibuat" krisis pada 1997-1998, salah satunya adalah karena Presiden Soeharto mulai dekat dengan Islam yg awalnya Presiden Soeharto itu tipe Islam abangan. Terlebih lagi ekonomi Indonesia sedang tumbuh positif hingga bisa swasembada. Beberapa pihal

@ekadarlian : Mau tanya doank. Itu kalimat yg tertulis, saat mendarat pak sjafrie melihat senjata 12.7mm. Dia melihat nya dari mana y. Pdhl dia diatas pesawat. Bisa tau dari mana posisi sniper nya. Ad GPS nya kah or sensor satelite atau gmn. Ad yg bisa bantu jawab ndak

@traderangler : ???? buat bapak yg 1 ini... Presiden RI terbaik dimata saya

Topik Menarik