Tafsir Surat Al Bayyinah Ayat 1-8: Bantahan untuk Kaum Kafir hingga Kenikmatan bagi Orang Beriman

Tafsir Surat Al Bayyinah Ayat 1-8: Bantahan untuk Kaum Kafir hingga Kenikmatan bagi Orang Beriman

Muslim | okezone | Senin, 23 Oktober 2023 - 09:26
share

INILAH tafsir Surat Al Bayyinah Ayat 18. Al Bayyinah merupakan salah satu surat yang cukup banyak dihafal umat Islam saat sholat.

Tidak hanya itu, Surat Al Bayyinah rupanya memiliki makna mendalam yang perlu dipahami umat manusia. Berikut tafsir Surat Al Bayyinah Ayat 18, sebagaimana terdapat dalam Alquran Digital Okezone .

Info grafis keistimewaan membaca Alquran. (Foto: Okezone)

Ayat 1

:

Lam yakunil ladziina kafaruu min ahlil kitaabi wal musyrikiina mungfakkiina hattaa tatiyahumul bayyinah.

"Orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak akan meninggalkan (agama mereka) sampai datang kepada mereka bukti yang nyata."

Tafsir:

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta\'ala mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengingkari kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam yang terdiri dari orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang musyrik tidak akan melepaskan kekufuran mereka, dan tidak mau meninggalkan tradisi nenek moyang mereka, sampai datang bukti nyata, yaitu diutusnya Nabi Muhammad.

Kedatangan Nabi Shallallahu alaihi wassallam menimbulkan keguncangan dalam akidah dan adat istiadat yang telah berurat dan berakar dalam diri mereka. Mereka menyatakan bahwa apa yang dibawa oleh Nabi saw tidak ada beda atau lebihnya dari apa yang terdapat dalam agama mereka. Dengan demikian, menurut mereka, tidak ada kebaikan mengikuti yang baru dengan meninggalkan yang lama, bahkan mengikuti yang lama lebih menenteramkan jiwa karena tidak bertentangan dengan sikap nenek moyang mereka.

Ayat 2

:

Rosuulum minalloohi yatluu suhufam muthohharoh.

"(Yaitu) seorang rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang suci (Al Quran)."

Tafsir:

Dalam ayat-ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta\'ala menjelaskan bahwa yang dimaksud bukti itu adalah hati pribadi Nabi Shallallahu alaihi wassallam yang membacakan untuk orang kafir halaman-halaman Alquran yang bersih dari campur tangan manusia, dari segala macam kesalahan, dan dari penambahan, yaitu bukti yang memancarkan kebenaran.

Allah Subhanahu wa Ta\'ala berfirman, "(Yang) tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu dan yang akan datang)." (QS Fussilat (41): 42)

Ayat 3

:

Fiiha kutubung qoyyimah.

"Di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar)."

Tafsir:

Di dalam Alquran itu tersimpul ajaran-ajaran yang benar yang terdapat dalam kitab-kitab para nabi yang terdahulu, seperti Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Ibrahim Alaihissallam. Dalam ayat lain yang hampir sama maksudnya, Allah Subhanahu wa Ta\'ala berfirman:

"Dan sungguh, (Alquran) itu (disebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu." (QS Asy-Syu\'ara\' (26): 196)

"Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa." (QS Al A\'la (87): 1819)

Ayat 4

:

Wamaa tafarroqol ladziina uutul kitaaba illaa mim badimaa jaa-athumul bayyinah.

"Dan tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahli Kitab melainkan setelah datang kepada mereka bukti yang nyata."

Tafsir:

Keadaan orang-orang kafir Yahudi, Nasrani, dan musyrikin sesudah Nabi Shallallahu alaihi wasallam datang berlainan dengan keadaan mereka sebelumnya. Mereka sebelum Nabi datang dalam keadaan kufur, terbenam dalam kejahilan dan hawa nafsu, tetapi setelah Nabi datang, segolongan dari mereka beriman. Dengan demikian, keadaan mereka tidak seperti dahulu. Golongan yang tidak beriman malah meragukan kebenaran yang dibawa Nabi, bahkan ada yang memercayai kebenarannya sama sekali.