Menkes Buka Peluang Riset Ganja Medis, Ini Penjelasan Ilmiah dari Ahli

Menkes Buka Peluang Riset Ganja Medis, Ini Penjelasan Ilmiah dari Ahli

Kesehatan | jawapos | Kamis, 30 Juni 2022 - 05:35
share

JawaPos.com Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendengar aspirasi masyarakat terkait isu penggunaan ganja medis untuk kesehatan. Akan tetapi, ia tak dapat langsung memutuskan izin terkait hal itu sebelum riset atau penelitian dilakukan.

Menurutnya kajiannya saat ini masih disusun. Jika sudah final, riset bisa dilakukan di tanah air.

Kami sudah melakukan kajian, nanti sebentar lagi akan keluar regulasinya untuk kebutuhan medis, katanya kepada wartawan, Rabu (29/6).

Jadi tahapan ini untuk riset dulu, nanti habis riset kita tahu bisa digunakan untuk medis, katanya.

Ia juga membandingkan ganja dengan morfin. Penggunaan morfin misalnya dapat digunakan untuk pengobatan medis.

Ganja sama dengan morfin. Morfin lebih keras dari ganja, dan morfin sudah dipakai untuk yang bermanfaat, katanya.

Pendapat Ahli Soal Ganja Medis

Ahli Spesialis Penyakit Dalam dan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengatakan dalam kicauannya isu legalisasi ganja medis hidup kembali setelah Ibu Santi Warastuti membentangkan poster Tolong anakku butuh ganja medis. Bahkan, isunya telah bergulir ke DPR, Wakil Presiden, hingga MUI.

Penting rasanya bagi kita tahu sedikit sejumlah hal tentang ganja untuk medis ini: Apakah ganja medis itu aman?, kata Prof Zubairi dalam cuitannya di Twitter yang sudah dikonfirmasi.

Menurutnya, merupakan fakta bahwa ganja medis itu legal di sejumlah negara, bahkan untuk nonmedis. Namun, tidak berarti sepenuhnya aman.

Jika penggunaan tidak ketat, bisa terjadi penyalahgunaan yang menyebabkan konsekuensi kesehatan bagi penggunanya, katanya.

Menurut Prof Zubairi, banyak sekali studi tentang ganja. Beberapa bisa menjadi obat, namun masih banyak juga yang belum diketahui tentang tanaman ini dan bagaimana ia berinteraksi dengan obat lain serta tubuh manusia.

Lantas, apakah sudah ada obat dari ganja yang disetujui di negara tertentu? Di Amerika Serikat, FDA telah menyetujui satu obat ganja nabati (Epidiolex), yang mengandung cannabidiol murni (CBD) dari tanaman ganja. Obat ini digunakan untuk mengobati kejang serta kelainan genetik langka.

Apakah benar penyakit Cerebral palsy dapat diatasi dengan ganja medis? Menurut Prof Zubairi, studi penggunaan THC dan CBD pada cerebral palsy memang ada. Namun, tingkat manfaatnya masih rendah.

Sebab itu, saya usulkan, ada bahasan khusus untuk menolong buah hati dari Ibu Santi Warastuti oleh para ahli terkait, jelasnya.

Efek Samping Ganja Medis

Menurut Prof Zubairi, hal itu tergantung pada pengawasan dan dosis berlebihan. Itulah sebabnya penggunaan ganja medis harus sangat ketat oleh dokter yang meresepkannya.

Apakah ada temuan kalau obat ganja lebih baik? Ia menegaskan belum ada bukti obat ganja lebih baik, termasuk untuk nyeri kanker dan epilepsi.

Namun, ganja medis bisa menjadi pilihan atau alternatif, tapi bukan yang terbaik. Sebab, belum ada juga penyakit yang obat primernya adalah ganja, katanya.

Ia menegaskan harus benar-benar menimbang, apakah ganja lebih aman daripada obat lain yang akan ia resepkan. Pada intinya setiap obat punya efek samping.

Bagaimana kemungkinan interaksi obat, apakah justru memperburuk kecemasan, atau berpotensi menyebabkan gangguan psikotik. Banyak hal. Setiap obat itu memiliki potensi efek samping, beberapa serius, termasuk ganja medisyang harus diminimalkan. Ketepatan dosis ini krusial untuk menjaga kondisi pasiensehingga mendapatkan efek obat yang dituju, katanya.