Varian XE Lebih Menular daripada Omicron Siluman BA.2

Varian XE Lebih Menular daripada Omicron Siluman BA.2

Kesehatan | jawapos | Senin, 4 April 2022 - 13:39
share

JawaPos.com Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis varian baru Covid-19 yang lebih menular, namanya varian XE. Varian ini merupakan hasil mutasi rekombinan atau kombinasi gabungan subvarian Omicron BA.1 dan BA.2. Dunia harus waspada karena penularannya 10 persen lebih menular dibanding subvarian BA.2 yang dijuluki sebagai varian siluman karena menipu tes PCR.

Varian XE ditemukan pertama kali di Inggris. Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan dunia harus mewaspadai varian XE. Pasalnya, kata dia, BA.2 saja sudah 4 kali lebih menular dari Delta. Dan XE, justru lebih menular daripada BA.2.

Yang membuat kita harus waspada, XE ini 10 persen kurang lebih kemampuan daya tularnya lebih menular. Omicron subvarian BA.2 saja sudah menyebabkan situasi perburukan di Tiongkok dan Hongkong serta AS. Angka kematian tinggi terutama masyarakat yang belum divaksin dan belum booster, kata Dicky kepada JawaPos.com, Senin (4/4).

Maka jika disebut 10 persen lebih cepat menular dari BA.2, artinya kalau dibandingkan dengan BA.1, XE lebih cepat 40 persen jauh lebih cepat menular, dan dibanding Delta sekalipun, tegasnya.

Dicky juga mengingatkan masyarakat dunia saat ini sudah mulai euforia melakukan pelonggaran pembatasan. Ia berharap pelonggaran tak dilakukan secara tak terkendali. Sehingga ia meminta masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan memakai masker dan menjaga jarak. Vaksinasi dua dosis saja tidak cukup.

Karena Omicron BA.2 aja lebih cepat 4 kali dari Delta. Ini membuktikan di tengah euforia dunia di tengah pandemi Covid-19, kita tak bisa abai. 5M harus dijaga, vaksinasi harus dikejar, katanya.

Dan karena ini Omicron yang lebih cepat menular dan akan mengikuti dari leluhurnya maka vaksin 2 dosis tak cukup. Booster akan jadi sangat penting. Data lain keparahan belum bisa kita peroleh, tapi mitigasi semaksimal mungkin, ujarnya.

Varian ini kali pertama ditemukan di Inggris. Dicky menilai hal itu membuktikan bahwa Inggris memiliki kecepatan dan ketepatan testing genomik yang mumpuni. Sementara di Asia, baru bisa dilakukan oleh Tiongkok, Korea, Jepang, dan Singapura.

Indonesia dengan kapasitas testing terbatas, maka harus hati-hati. Apalagi saat ini testing semakin menurun, tak boleh itu. Kita harus kejar testing, 5M, dan vaksinasi booster, tegasnya.