Tiga Tahun Menahan Nyeri, Rohidah Temukan Harapan Baru Lewat Layar Ponsel
KARAWANG, iNEWSKarawang.id – Di tengah panas terik Karawang siang itu, seorang pemuda tampak menggandeng tangan perempuan paruh baya. Langkah mereka pelan, hati-hati, seolah menyimpan kisah panjang di balik gerakan sederhana itu.
Mereka adalah Hendri (22) dan ibunya, Rohidah (41), warga Kecamatan Banyusari, Karawang, yang datang ke Rumah Sakit Lira Medika dengan satu harapan, kesembuhan.
Tiga tahun sudah Rohidah menahan nyeri sendi hebat akibat terpeleset. Sejak kejadian itu, aktivitasnya sebagai pedagang kecil-kecilan terhenti. Dari rumah ke warung pun ia tak sanggup berjalan jauh.
Hendri, sang anak sulung, menjadi tumpuan harapan satu-satunya. Ia setia menemani sang ibu berobat ke sana kemari. Namun, belum ada hasil yang menggembirakan.
“Sudah ke tukang urut, ke puskesmas, ke klinik. Tapi belum ada perubahan. Sampai akhirnya saya lihat Instagram RS Lira Medika dan ajak ibu ke sini,”tutur Hendri dengan mata berbinar, Rabu, (9/7/2025).
Harapan Baru dari Layar Ponsel
Informasi soal fisioterapi di RS Lira Medika datang tak sengaja, saat Hendri sedang berselancar di media sosial. Ia menemukan unggahan tentang layanan terapi nyeri sendi dan langsung tergerak. Meski harus menempuh perjalanan puluhan kilometer dari Banyusari, Hendri tak ragu.
“Kami tinggal jauh di desa. Jalan ke kota jarang. Tapi kalau untuk kesembuhan ibu, saya antar. Ini ikhtiar kami,”ucapnya sambil menggenggam tangan ibunya erat.
Rohidah sendiri hanya bisa tersenyum pelan. Rasa nyeri yang ia rasakan setiap hari membuat tubuhnya terasa berat, namun kehadiran sang anak jadi kekuatan tersendiri.
“Ibu mah udah capek kalau jalan jauh. Tapi demi sembuh, insya Allah kuat,” katanya lirih.
Tertunda karena Biaya dan Kurangnya Informasi
Selama tiga tahun terakhir, Rohidah dan keluarga menunda pengobatan intensif karena dua hal: keterbatasan biaya dan minimnya informasi. Suaminya hanya seorang buruh tani. Penghasilan tak menentu. Sementara kebutuhan rumah tangga tetap berjalan.
“Kalau punya uang lebih, pasti dari dulu saya bawa ibu ke rumah sakit. Tapi kami hanya tahu tempat berobat di sekitar kampung. Dulu belum tahu soal fisioterapi,”tutur Hendri.
Kini, setelah tiba di RS Lira Medika dan mendapat penanganan awal dari tim fisioterapis, Rohidah mengaku lebih optimis. Meski proses pemulihan tidak instan, mereka percaya setiap langkah kecil ini mendekatkan mereka pada kesembuhan.
Ketulusan Seorang Anak, Semangat Seorang Ibu
Kisah Hendri dan Rohidah bukan sekadar cerita pengobatan. Ini adalah narasi ketulusan seorang anak yang berjuang demi ibunya, dan kekuatan seorang ibu yang terus bertahan demi anak-anaknya.
Di tengah hiruk pikuk kota dan lalu-lalang pasien di rumah sakit, keduanya menjadi pengingat bahwa cinta dalam keluarga adalah obat paling kuat yang pernah ada—dan harapan adalah energi yang tak pernah padam.
“Saya cuma mau ibu bisa jalan normal lagi, bisa belanja ke pasar sendiri, bisa tertawa seperti dulu,”ucap Hendri, menahan haru.
Harapan yang Tersirat di Ruang Tunggu Pasien
Di ruang tunggu rumah sakit, tangan mereka tetap saling menggenggam. Hendri tak melepas langkah ibunya, dan Rohidah tak pernah melepaskan harap. Bagi mereka, RS Lira Medika bukan sekadar tempat berobat. Ini adalah tempat menaruh harapan bahwa suatu hari nanti, nyeri itu akan reda, dan langkah kaki ibu akan kembali ringan seperti sedia kala.










