Peringatan Hardiknas, Haedar Nashir: Indonesia Kesulitan Capai Posisi Kecerdasan yang Diharapkan

Peringatan Hardiknas, Haedar Nashir: Indonesia Kesulitan Capai Posisi Kecerdasan yang Diharapkan

Infografis | sindonews | Kamis, 2 Mei 2024 - 20:53
share

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah , Haedar Nashir menyoroti persoalan pendidikan di Indonesia. Menurutnya, pendidikan Indonesia masih kesulitan menggapai tingkat kecerdasan yang diharapkan.

Dalam pernyataannya, Haedar Nashi r menegaskan bahwa pendidikan nasional tidak boleh mengabaikan nilai-nilai Pancasila, agama, dan budaya luhur bangsa.

Haedar juga mengungkapkan fakta yang mengkhawatirkan terkait posisi Indonesia dalam Human Development Index (HDI) yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Menurutnya, tingkat daya saing bangsa juga masih berada di bawah rata-rata.

"Artinya, pendidikan nasional Indonesia masih belum setara dengan negara-negara lain," ujar Haedar bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional di Yogyakarta, Kamis (02/05/2024).

Menurut Haedar, proses ini membutuhkan komitmen yang kuat, karena pendidikan merupakan proses jangka panjang dan strategis yang memerlukan konsistensi.

Haedar menegaskan, pergantian menteri pendidikan adalah hal yang biasa, namun pentingnya kesinambungan dalam kebijakan pendidikan nasional tidak boleh terganggu.

Menurutnya, sektor swasta dalam pengembangan pendidikan di Indonesia, terutama yang berbasis pada gerakan sosial-keagamaan turut berperan dalam peningkatan pendidikan nasional.

Seperti misalnya, kata dia, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan Taman Siswa yang juga memiliki sejarah panjang dalam memberikan kontribusi yang signifikan bagi pendidikan nasional serta perjuangan kemerdekaan.

"Maka menjadi naif bila ada pikiran-pikiran dalam perumusan kebijakan pendidikan nasional memarjinalkan peran swasta kemasyarakatan-keagamaan, justru kebijakannya harus integratif dan proporsional," tegas Haedar.

Menurutnya, dalam persaingan antara pendidikan negeri dan swasta, terutama yang berbasis keagamaan dan masyarakat yang non-profit, haruslah dilihat sebagai potensi untuk membangun pendidikan Indonesia secara bersama-sama.

Haedar mengatakan jika mempertentangkan kedua sektor tersebut hanya akan menghambat upaya pembangunan pendidikan secara holistik. Dalam hal ini ia ingin menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Disamping aspek kebijakan dan struktur pendidikan, Haedar juga mengingatkan pentingnya membangun generasi Indonesia yang memiliki jiwa dan karakter yang kuat. Ia menekankan bahwa pendidikan nasional tidak boleh hanya menjadi pabrik yang menghasilkan robot-robot pekerja yang tidak memiliki jiwa dan akal budi.

"Membangun Indonesia melalui pendidikan haruslah meliputi jiwa dan raga," tegas Haedar.

Topik Menarik