Sikap Raden Ronggo Anti Belanda Jadi Amunisi  Pangeran Diponegoro Perangi Daendels

Sikap Raden Ronggo Anti Belanda Jadi Amunisi Pangeran Diponegoro Perangi Daendels

Infografis | sindonews | Rabu, 1 Mei 2024 - 06:12
share

Raden Ronggo Prawirodirjo III mertua Pangeran Diponegoro menunjukkan sikap permusuhan dengan Belanda. Ia tak takut mengambil kebijakan menolak setiap keputusan yang diambil Belanda, yang kala itu berkuasa di tanah Pulau Jawa.

Kepintaran dan strateginya konon membuat mertua Pangeran Diponegoro ini seperti dianggap anak sendiri oleh Sultan Hamengkubuwono II, Raja Yogyakarta kedua.

Sultan Hamengkubuwono II memang menganggap spesial Raden Ronggo Prawirodirjo III, Raden Tumenggung Sumodiningrat, dan Raden Adipati Danurejo II, karena bagaikan anaknya sendiri.

Tapi khusus bagi Raden Ronggo Prawirodirjo III, beberapa jabatan strategis diembannya, mulai dari Bupati Madiun sekaligus bupati wedana di wilayah Mancanagera Timur, di bawah kekuasaan Kesultanan Yogyakarta.

Sosok Raden Ronggo Prawirodirjo III dan Raden Tumenggung Sumodiningrat konon dikenal sebagai orang Jawa yang tidak bisa menyembunyikan sikap anti Eropanya.

Keduanya dikenal sebagai orang yang punya semangat berapi-api dalam mendukung kebijakan Sultan Kedua dalam hubungannya dengan penguasa kolonial.

"Raden Ronggo Prawirodirjo III dan Raden Tumenggung Sumodiningrat juga dikenal mempunyai sikap bermusuhan, dengan sesama menantu Sultan Kedua, yaitu Patih Danurejo II, yang menjabat 1799-1811,".

Hal itu dikutip dari buku "Banteng Terakhir Kesultanan Yogyakarta: Riwayat Raden Ronggo Prawirodirjo III dari Madiun sekitar 1779 - 1810 (2022).

Sang patih sering menggunakan kedudukannya untuk mencampuri urusan kerajaan, dan tetap merupakan saluran utama yang harus dilewati sebelum segala soal dapat dibicarakan dengan sultan.

Namun, dia sering kali menunda begitu lama sebelum mengambil keputusan atas masalah-masalah penting, hal yang merumitkan urusan Belanda dengan keraton.

Sikap anti-Eropa Raden Ronggo Prawirodirjo III dan Raden Tumenggung Sumodiningrat, menemukan momentum ketika pemerintah kolonial menyodorkan proposal tata upacara yang baru dalam penyambutan perwakilan pejabat kolonial di keraton.

Segera saja, Sultan Kedua menggelar pertemuan dengan para nayaka.

Raden Ronggo Prawirodirjo III dan Raden Tumenggung Sumodiningrat jelas menolak proposal yang diajukan oleh pemerintah kolonial. Di sisi lain, Danurejo II dan tiga nayaka lainnya bersikap menerima.

Akhirnya, pertemuan tersebut terpecah dalam dua kubu yang sama besarnya, hingga 2,5 tahun berikutnya, Raden Ronggo selalu berada di jantung pertarungan Yogyakarta lawan Daendels.

Peran yang dimainkan oleh Raden Ronggo cukup penting dalam menentukan arah politik Keraton Yogyakarta walaupun usianya ketika itu masih tergolong muda.

Topik Menarik