Kemenkop dan Pertamina Luncurkan Percontohan PLTS, Listrik untuk Koperasi Nelayan di Pulau Sembur

Kemenkop dan Pertamina Luncurkan Percontohan PLTS, Listrik untuk Koperasi Nelayan di Pulau Sembur

Terkini | inews | Sabtu, 20 Desember 2025 - 20:44
share

BATAM, iNews.id - Kementerian Koperasi (Kemenkop) bersama PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina New and Renewable Energy (NRE), meluncurkan percontohan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pulau Sembur di Galang Baru, Kota Batam. Program ini menjadi terobosan baru penguatan ekonomi rakyat berbasis koperasi, khususnya bagi masyarakat nelayan di wilayah pesisir.

Menteri Koperasi (Menkop) Ferry Juliantono mengatakan, peluncuran percontohan PLTS berkapasitas 100 GW (Gigawatt) merupakan langkah awal yang bersejarah bagi masyarakat Pulau Sembur. Keberadaan PLTS diharapkan mampu mendukung unit usaha Koperasi Desa (Kopdes) Galang Baru, terutama dalam kegiatan produksi dan pengolahan hasil perikanan masyarakat setempat.

“Sejak Indonesia merdeka, warga Pulau Sembur belum pernah menikmati listrik yang layak. Hari ini, PLTS koperasi kita mulai untuk memperkuat produktivitas nelayan tangkap dan budi daya,” ujarnya saat peluncuran PLTS Kopdes Merah Putih di Pulau Sembur Laut, Kelurahan Galang Baru, Kota Batam, Sabtu (20/12/2025).

Acara tersebut turut dihadiri Wakil Gubernur Kepulauan Riau Nyanyang Haris Pratama, Komisaris Utama PT Pertamina Mochamad Iriawan, Direktur Utama PT Pertamina Simon Aloysius Mantiri, Anggota Komisi I DPR Endidat Wijaya, Ketua DPRD Kota Batam Iman Sutiawan, Sekretaris Kementerian Koperasi Ahmad Zabadi beserta jajaran, serta Direksi LPDB Koperasi.

Ferry menegaskan, percontohan PLTS ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat ekonomi hijau, mendorong kemandirian desa, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui peran aktif koperasi.

“Energi dari PLTS Pulau Sembur akan dimanfaatkan untuk mendukung pabrik es dan cold storage, sehingga menurunkan biaya operasional, menjaga kualitas hasil tangkapan, serta meningkatkan nilai tambah produk perikanan,” ucapnya.

Menurut Ferry, Kemenkop tidak hanya menggandeng Pertamina, tetapi juga bekerja sama dengan Kementerian ESDM serta berbagai instansi terkait, seperti Kementerian Pekerjaan Umum, untuk menyediakan solusi energi terbarukan yang andal di desa-desa.

Pertamina NRE, lanjutnya, menjadi pionir dalam penyediaan energi terbarukan yang dapat langsung dioperasikan di wilayah desa terpencil.

“Dengan dukungan dana dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), pembangunan energi terbarukan di 5.000 desa akan terus dipercepat bersama Pertamina,” katanya.

Ferry menambahkan, PLTS di Kepulauan Sembur Laut dijadikan sebagai model percontohan yang diharapkan dapat direplikasi di daerah terpencil lainnya di Indonesia. Dengan ketersediaan energi yang andal, kolaborasi ini diyakini mampu mendorong pengembangan usaha serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Dia juga menegaskan bahwa Kemenkop mendapat amanah dari Presiden Prabowo Subianto untuk memastikan sekitar 80.000 desa terpencil di Indonesia memiliki akses listrik dan badan hukum yang kuat sebagai bagian dari program pembangunan hingga 2025. Saat ini, telah terbentuk 82.000 badan hukum desa, dengan sekitar 41.000 lokasi siap dibangun infrastrukturnya. Dari jumlah tersebut, 21.000 desa telah mulai dibangun melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Nusantara Nasional Indonesia.

Di kesempatan yang sama, Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri menyampaikan, kolaborasi dengan Kemenkop bertujuan mendorong kemandirian ekonomi masyarakat desa, terutama yang bergantung pada sektor perikanan.

“Dengan listrik yang tersedia, koperasi desa diharapkan dapat mengembangkan fasilitas cold storage dan produksi es untuk meningkatkan nilai tambah produk hasil tangkapan nelayan,” ujar Simon.

Sebagai bagian dari program tersebut, bantuan langsung diberikan kepada 200 kepala keluarga (KK), dengan sekitar 90 persen di antaranya berprofesi sebagai nelayan. Kehadiran cold storage dan mesin pembuat es yang tahan lebih dari delapan jam diharapkan dapat membantu menjaga kualitas hasil tangkapan.

Simon menjelaskan, dengan listrik dari PLTS, waktu operasional listrik di rumah warga dapat bertahan 12 hingga 24 jam, jauh lebih lama dibandingkan penggunaan genset diesel yang hanya mampu menyuplai listrik sekitar enam jam.

“Biaya listrik dari PLTS ini juga jauh lebih efisien, hanya sekitar sepertiga dari harga yang selama ini dibayarkan untuk penggunaan diesel. Hal ini tentu meringankan beban pengeluaran masyarakat,” katanya.

Program ini memprioritaskan desa-desa yang belum terhubung dengan jaringan listrik, dengan target 10.000 desa dari total 80.000 desa terpencil di Indonesia yang masih belum mendapatkan akses listrik.

“Selain itu, desa yang dipilih juga sudah memiliki aktivitas perekonomian yang berjalan, sehingga listrik dapat mendukung pengembangan ekonomi lokal,” katanya.

Sementara itu, Komisaris Utama Pertamina Mochamad Iriawan mengapresiasi langkah sinergi antara Pertamina dan Kemenkop dalam mendukung pengembangan Kopdes Merah Putih melalui penyediaan listrik berbasis energi terbarukan.

“Masih ada 5.000 titik yang akan di bangun oleh Pertamina. Saya mohon doanya agar hal tersebut bisa terlaksana,” katanya.

Topik Menarik