Thailand Pertimbangkan Blokir Ekspor Bahan Bakar ke Kamboja Imbas Konflik Perbatasan Meningkat

Thailand Pertimbangkan Blokir Ekspor Bahan Bakar ke Kamboja Imbas Konflik Perbatasan Meningkat

Berita Utama | inews | Senin, 15 Desember 2025 - 04:15
share

BANGKOK, iNews.id - Militer Thailand tengah mempertimbangkan pemblokiran ekspor bahan bakar ke Kamboja. Hal ini karena pertempuran antara kedua negara meluas ke daerah pesisir wilayah perbatasan yang disengketakan.

Kedua negara di Asia Tenggara tersebut telah beberapa kali menggunakan senjata tahun ini sejak seorang tentara Kamboja tewas dalam bentrokan Mei, yang kembali memicu konflik yang telah menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan.

Komandan militer Thailand telah membahas pemblokiran ekspor bahan bakar ke Kamboja, termasuk meminta angkatan laut untuk waspada terhadap kapal-kapal yang membawa pasokan strategis dan menetapkan zona maritim di dekat pelabuhan Kamboja sebagai berisiko tinggi, 

"Saat ini belum ada perintah mengenai langkah-langkah ini," kata asisten juru bicara Angkatan Laut Kerajaan Thailand, Kapten Nara Khunkothom dilansir dari Reuters, Minggu (14/12/2025).

Sementara itu, Kementerian Energi Thailand mengatakan bahwa pihaknya telah menghentikan ekspor minyak ke Kamboja sejak Juni. Tahun lalu, Thailand mengekspor 2,2 miliar liter bahan bakar ke Kamboja, menurut data kementerian energi.

Adapun, Kamboja menuduh Thailand menyerang infrastruktur sipil, termasuk penggunaan jet tempur dan penembakan di daerah sipil. Sementara, Thailand mengatakan hanya menargetkan sasaran militer.

Thailand mengumumkan jam malam di provinsi Trat bagian tenggara pada hari Minggu karena pertempuran terus berlanjut di sepanjang perbatasan kedua negara sepanjang 817 km (508 mil). 

Seorang tentara dan seorang warga sipil dilaporkan tewas akibat roket BM-21 yang ditembakkan oleh Kamboja pada hari Minggu.

Setidaknya 16 tentara dan 10 warga sipil tewas, dan ratusan lainnya terluka sejak bentrokan terbaru yang dimulai pada hari Senin, dan sebanyak 258.626 warga sipil mengungsi. 

Kamboja tidak melaporkan adanya kematian atau luka baru pada hari ini. Menurut Kementerian Dalam Negeri Kamboja, setidaknya 11 orang tewas, 74 luka-luka, dan 394.706 orang mengungsi sejak Senin.

Pasukan Thailand mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka telah menghancurkan sebuah jembatan yang digunakan Kamboja untuk mengirimkan senjata berat dan peralatan lainnya ke wilayah tersebut dan melancarkan operasi yang menargetkan artileri yang telah dipersiapkan sebelumnya di provinsi pesisir Koh Kong, Kamboja.

"Secara keseluruhan, telah terjadi bentrokan terus-menerus" sejak Kamboja kembali menegaskan keterbukaannya terhadap gencatan senjata pada hari Sabtu, ucap juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand, Laksamana Muda Surasant Kongsiri, dalam konferensi pers di Bangkok pada hari Minggu.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dia telah berbicara dengan Perdana Menteri sementara Thailand, Anutin Charnvirakul, dan Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet pada hari Jumat. Dia mengklaim kedua belah pihak telah setuju untuk menghentikan kontak senjata.

Juru bicara Gedung Putih menuturkan, Trump berharap semua pihak untuk menghormati komitmen.

"Dia akan meminta pertanggungjawaban siapa pun yang diperlukan untuk menghentikan pembunuhan dan memastikan perdamaian yang langgeng," kata juru bicara tersebut.

Topik Menarik