Resmi Jadi Disdamkarmatan Bandung: Struktur Dirombak, Layanan Dituntut Lebih Gesit
BANDUNG, iNews.id – Kota Bandung memasuki babak baru dalam urusan pemadam kebakaran. Pemerintah kota resmi mengganti nama dan struktur Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) menjadi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkarmatan).
Perubahan ini bukan sekadar ganti papan nama, tetapi juga penataan besar-besaran fungsi dan kewenangan setelah urusan kebencanaan dialihkan ke BPBD.
Perombakan ini dipayungi Perda Kota Bandung Nomor 3 Tahun 2025 serta diperjelas melalui Perwali Nomor 29 Tahun 2025, yang mengatur ulang siapa mengerjakan apa dalam sistem penanggulangan kebakaran dan penyelamatan di kota ini.
Dengan regulasi baru itu, tanggung jawab Disdamkarmatan kini lebih spesifik: memadamkan, mengevakuasi, menyelamatkan, dan memastikan warga mendapat respons cepat ketika terjadi keadaan darurat.
Selain itu adanya respon cepat dari Disdamkarmatan ini, petugas juga menghimbau kepada masyarakat untuk selalu siaga dan antisipasi curah hujan tinggi disertai angin kencang yang dapat mengakibatkan banjir, longsor, tanggul jebol, rumah roboh dan pohon tumbang.
Tantangan Baru: Merespons Dalam 15 Menit, atau Gagal
Di tengah kepadatan Kota Bandung, standar waktu respons maksimal 15 menit bukanlah perkara mudah. Namun ini adalah aturan yang wajib ditegakkan berdasarkan Permendagri 114/2018. Artinya, setiap laporan kebakaran, mulai dari rumah tinggal hingga gedung bertingkat, harus direspons dalam rentang waktu yang ketat.
Karena itu, Disdamkarmatan kini membagi kekuatan ke empat zona melalui UPT di wilayah Utara, Barat, Selatan, dan Timur. Strateginya sederhana: semakin dekat pos, semakin kecil kemungkinan api membesar.
Agar pergerakan lebih cepat, sistem komando lapangan diperkuat, termasuk koordinasi antarzona dan optimalisasi armada yang tersebar di empat UPT tersebut. Kasus Kebakaran Turun, Warga Lebih Paham Risiko Menariknya, perubahan struktur ini hadir saat tren kebakaran di Kota Bandung justru menurun.
Hingga 10 Desember 2025, terdapat 264 kejadian, jauh lebih sedikit dari 350 kejadian pada 2024. Penurunan ini bukan terjadi begitu saja. Banyaknya sosialisasi langsung ke warga – mulai dari anak TK hingga kalangan profesional – dianggap menjadi faktor penentu.
Warga kini lebih tahu bagaimana mencegah korsleting, menangani kompor terbakar, atau melakukan evakuasi awal sebelum petugas datang.
Edukasi yang biasanya hanya terdengar formal kini diubah menjadi praktik lapangan, simulasi, hingga pelatihan untuk relawan Redkar yang kini makin sering hadir sebagai "first responder" warga.
Layanan Darurat Tetap Gratis, Laporan Bisa Masuk 24 Jam Di balik perubahan organisasi, satu hal ditegaskan tidak berubah: layanan kebakaran tetap gratis. Masyarakat bisa menghubungi: 022–113 WhatsApp 0877–8280–0113.










