Perang Saudara di Sudan, Dunia Mengecam Pembantaian Ribuan Warga
KHARTOUM, iNews.id - Dunia internasional mengecam keras tragedi kemanusiaan yang sedang berlangsung di Sudan, setelah pemberontak Pasukan Dukungan Cepat (RSF) membantai ribuan warga sipil di Kota El Fasher, Provinsi Darfur.
Kekerasan brutal yang terjadi dalam 4 hari belakangan ini menandai eskalasi paling berdarah sejak perang saudara Sudan meletus pada 2023.
Menurut Jaringan Dokter Sudan, sedikitnya 1.500 warga sipil tewas dalam serangan RSF, sementara pemerintah Sudan menyebut korban mencapai lebih dari 2.000 orang sejak pertempuran besar pecah pada Minggu (26/10/2025).
Laporan dari berbagai lembaga kemanusiaan menyebutkan, pasukan pemberontak melakukan eksekusi massal terhadap warga yang mencoba melarikan diri, serta penggerebekan brutal dari rumah ke rumah. Warga sipil yang tertangkap di jalan dieksekusi secara sadis di depan umum.
Gelombang Kecaman dari Dunia Internasional
Tragedi ini memicu gelombang kecaman global. Negara-negara seperti Arab Saudi, Mesir, Qatar, Turki, dan Yordania mengecam keras kekejaman yang dilakukan RSF dan menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera.
- Arab Saudi menyatakan keprihatinan mendalam atas pelanggaran hak asasi manusia dan menuntut RSF melindungi warga sipil.
- Mesir menyerukan penghentian kekerasan dan berjanji memberikan dukungan kemanusiaan bagi korban.
- Turki mengecam kekejaman di El Fasher dan mendesak pembukaan jalur aman bagi bantuan kemanusiaan.
- Qatar mengutuk kekerasan terhadap warga sipil dan mendorong negosiasi damai segera.
- Sementara Amerika Serikat sejak 2023 telah secara resmi menyatakan bahwa tindakan RSF dan sekutunya di Darfur termasuk genosida, menegaskan bahwa kekejaman sistematis terhadap warga sipil dan etnis tertentu telah kembali terjadi.
Video Mengerikan, Pasien Rumah Sakit Dihabisi
Jurnalis Al Jazeera, Hiba Morgan melaporkan, beredar video mengerikan di media sosial yang memperlihatkan anggota RSF menembak warga sipil yang mencoba melarikan diri.
Yang paling memicu kemarahan dunia adalah video yang menunjukkan para pemberontak berkeliaran di Rumah Sakit Saudi di El Fasher, lalu mengeksekusi pasien dan tenaga medis.
“Video terbaru dan paling meresahkan menunjukkan para pemberontak menembak pasien di dalam rumah sakit,” ujar Morgan.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut lebih dari 460 orang tewas di Rumah Sakit Bersalin Saudi, termasuk dokter, perawat, dan relawan kemanusiaan.
Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan keterkejutannya dan menyebut tragedi itu sebagai pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional.
Tragedi Kemanusiaan Terbesar Sejak Genosida Darfur
Serangan RSF di El Fasher memperdalam luka lama Sudan. Kekejaman yang mencakup pembunuhan massal, pemerkosaan, dan eksekusi pasien di rumah sakit menunjukkan bahwa konflik ini telah melampaui batas kemanusiaan.
Masyarakat internasional kini menuntut aksi nyata, bukan sekadar kecaman, untuk menghentikan pertumpahan darah di Darfur.
Tanpa tekanan diplomatik dan intervensi kemanusiaan global, Sudan berisiko kembali tenggelam dalam kegelapan genosida seperti dua dekade silam.










