Tragedi Bulan Madu Berujung Maut di Solok Dapat Perhatian Eks Direktur WHO, Ini Tanggapannya

Tragedi Bulan Madu Berujung Maut di Solok Dapat Perhatian Eks Direktur WHO, Ini Tanggapannya

Terkini | inews | Senin, 13 Oktober 2025 - 16:29
share

JAKARTA, iNews.id - Tragedi bulan madu berujung maut yang dialami pengantin baru di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, mendapat perhatian mantan Direktur Badan Kesehatan Dunia (WHO). Apa tanggapannya?

Media sosial dikejutkan dengan kabar kematian tragis seorang istri yang sedang bulan madu di penginapan glamping di kawasan Alahan Panjang. Perempuan itu tewas diduga usai menghirup gas karbon monoksida yang dihasilkan alat water heater berbahan bakar elpiji. Sementara itu, suaminya kini dalam keadaan kritis.

Usai kabar ini ramai dibahas di media sosial, banyak netizen bertanya-tanya bagaimana bisa karbon monoksida menyebabkan keracunan. Mantan Direktur WHO Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan dari sisi kedokteran.

Alasan Gas Karbon Monoksida (CO) Bisa Sebabkan Kematian  

Menurut Prof Yoga, masyarakat perlu paham terlebih dulu bahwa karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau (odorless), tidak berasa (tasteless), dan tidak berwarna (colourless). Dari sisi kedokteran, afinitas gas CO itu 200 kali lebih kuat daripada O2 untuk berkawan dengan hemoglobin.

"Artinya, kalau seseorang menghirup gas CO maka ikatan HB O2 (yang membawa oksigen ke seluruh tubuh) akan digantikan dengan HB CO," papar Prof Tjandra dalam keterangan resminya, Senin (13/10/2025).

Dia menambahkan, "Kalau ini terjadi, berbagai organ tubuh mendadak tidak akan mendapat oksigen dan jadi rusak, yang mungkin dapat menimbulkan kematian."

Laman Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) bahkan mengatakan, pada keadaan tertentu orang dapat saja meninggal akibat keracunan CO bahkan sebelum gejala timbul.

Meski begitu, tidak semua keracunan CO menimbulkan kematian, tergantung dari berapa besar dosis yang terhirup dan juga apakah korban bisa segera menghindar dari daerah yang ada paparan gas CO atau tidak.

Jika sudah mengalami gejala sakit kepala, pusing, lemas, perut tidak enak (upset stomach), muntah, hingga nyeri dada, disarankan cari bantuan dokter untuk mendapat penanganan tepat.

Tanggapan Eks Direktur WHO soal Kematian Diduga akibat Gas Karbon Monoksida di Solok  

Terkait dengan kasus yang menimpa pasangan suami istri di Solok, Prof Tjandra mengatakan, perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk mengatakan bahwa si istri meninggal akibat keracunan karbon monoksida.

"Tentang pasutri di Solok, maka harus dipastikan dulu apakah kematian si perempuan memang karena keracunan gas karbon monoksida atau karena sebab lain. Untuk itu, perlu analisa mendalam," ungkapnya.

Sebagai informasi, setiap tahunnya ada sekitar 28 ribu kematian di dunia akibat keracunan gas CO, dan di Amerika Serikat ada lebih dari 400 kematian setiap tahunnya.

Topik Menarik