Gawat! Perang Iran-Israel Bisa Pecah Lagi Kapan Saja, Tanpa Diduga-duga

Gawat! Perang Iran-Israel Bisa Pecah Lagi Kapan Saja, Tanpa Diduga-duga

Berita Utama | inews | Rabu, 20 Agustus 2025 - 10:43
share

TEHERAN, iNews.id - Perang Iran melawan Israel bisa pecah kembali kapan saja tanpa diduga-duga sebelumnya. Kedua negara terlibat perang selama 13 hari pada Juni, dimulai oleh serangan Israel pada 12 Juni dengan dalih menghancurkan kekuatan nuklir Iran.

Wakil Presiden Iran Mohammad Reza Aref memperingatkan, perang pada Juni lalu hanya berhenti sementara melalui perundingan yang dimediasi Amerika Serikat (AS) dan Qatar.

“Kita harus siap setiap saat untuk konfrontasi. Saat ini, kita bahkan belum berada dalam (kesepakatan) gencatan senjata. Kita hanya menyepakati penghentian permusuhan,” kata Aref, seperti dikutip dari AFP, Rabu (20/8/2025).

Yahya Rahim Safavi, penasihat militer Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, sebelumnya mengatakan pemerintah sedang mempersiapkan rencana untuk skenario terburuk.

"Kita saar ini tidak sedang berada dalam gencatan senjata. Kita berada dalam fase perang, ini bisa bubar kapan saja, tidak ada protokol, tidak ada peraturan, tidak ada kesepakatan antara kita dan Israel, antara kita dan Amerika," kata Safavi.

Sejak itu, para pejabat Iran menegaskan, militernya tak akan memulai perang, tapi akan membalas jika diserang.

Serangan Israel ke Iran menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk komandan senior angkatan bersenjata, Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), serta ilmuwan nuklir.

Di tengah pertempuran itu atau pada 22 Juni, Amerika Serikat (AS) secara mengejutkan ikut terlibat membantu Israel dengan menyerang tiga fasilitas nuklir Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Iran membalas dengan serangan rudal dan pesawat tak berawak yang menewaskan puluhan orang Israel, termasuk pangkalan militer AS di Qatar.

Presiden AS Donald Trump lalu mengumumkan penghentian pertempuran pada 24 Juni. Tdak ada kesepakatan yang ditandatangani kedua pihak, melainkan hanya jeda permusuhan yang tidak ada batas waktunya.

Negara-negara Barat menuduh Iran sedang mengembangkan senjata nuklir, tuduhan yang dibantah keras oleh Teheran.

Setelah perang, Israel dan AS berulang kali mengancam akan menyerang Iran lagi jika Teheran memulai kembali aktivitas fasilitas nuklirnya dan melanjutkan program pengayaan uranium.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan Iran merupakan satu-satunya negara non-nuklir yang memperkaya uranium hingga 60 persen, jauh di atas batas 3,67 persen yang ditetapkan dalam kesepakatan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang diteken pada 2015. Tingkat ini hanya selangkah lagi dari pengayaan 90 persen untuk membuat senjata nuklir.

Namun Iran bukan tanpa alasan melakukan pengayaan uranium hingga 60 persen. Tindakan itu diambil karena AS secara sepihak keluar dari JCPOA pada 2018 di bawah pemerintahan Trump lalu kembali menjatuhkan sanksi yang memukul perekonomian Iran.

Inggris, Prancis, dan Jerman (E3), yang ikut  meneken JCPOA pada 2015, mengancam akan menerapkan kembali sanksi yang dicabut berdasarkan perjanjian tersebut jika Iran tak mau kembali ke meja perundingan.

Topik Menarik