Wacana Dokter Umum Boleh Operasi Caesar Dinilai Bahayakan Nyawa Ibu dan Bayi
JAKARTA, iNews.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mewacanakan akan membuka izin bagi dokter umum melakukan operasi caesar, terutama wilayah yang tidak memiliki dokter spesialis kandungan.
Langkah ini dilakukan guna menjawab tantangan keterbatasan tenaga medis di daerah 3T alias tertinggal, terdepan, dan terluar. Dengan dibukanya izin, masyarakat di daerah 3T itu memiliki akses untuk operasi caesar.
Sayangnya, usulan tersebut menurut Dokter Spesialis Bedah Plastik dr Nova Primadina, Sp.BP-RE,CH,Cht, malah berpotensi membahayakan nyawa ibu dan bayi. Kenapa begitu?
Menurut dr Nova, niat baik Menkes patut diapresiasi, karena mencerminkan upaya pemerintah untuk mengatasi kesenjangan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Namun, di balik tujuan mulia tersebut muncul kekhawatiran serius di kalangan medis dan masyarakat karena dianggap sebagai bentuk degradasi kompetensi medis yang berpotensi membahayakan nyawa ibu dan bayi.
Disampaikan dr Nova, yang namanya persalinan normal dan operasi caesar adalah dua hal yang sangat berbeda. Dokter umum, melalui pendidikan kedokteran selama delapan semester dan pelatihan ko-asistensi selama empat semester, telah dibekali kemampuan untuk menangani persalinan normal.
"Namun, operasi Sectio Caesarea (SC) adalah prosedur bedah yang jauh lebih kompleks dan biasanya merupakan indikasi bagi persalinan yang bermasalah (bukan persalinan normal)," kata dr Nova pada iNews, baru-baru ini.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya itu melanjutkan, "Ini bukan sekadar menyayat kulit, melainkan melibatkan keterampilan bedah dasar yang mumpuni, pemahaman mendalam tentang anatomi organ di dalam rongga perut ibu dan anatomi tubuh bayi, serta berbagai variasi letak bayi di dalam kandungan sang ibu, juga kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang cepat dalam situasi kritis."
Dikatakan dr Nova, dokter spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn) menjalani pendidikan tambahan selama 8-10 semester lagi setelah menjadi dokter umum untuk menguasai keahlian tersebut.
"Pertanyaannya, apakah dokter umum memiliki waktu dan kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat kompetensi tersebut?" katanya.
Kesiapan Mental Dokter Umum Sangat Penting untuk Lakukan Operasi Caesar
Selain keterampilan teknis, kata dr Nova, operasi caesar menuntut mental dan keberanian yang kuat dari seorang dokter. Dalam situasi darurat, dokter harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan dua nyawa, ibu dan bayi.
Kesiapan mental ini tidak muncul begitu saja, melainkan terbentuk melalui pendidikan yang ketat dan pengalaman mengerjakan berbagai variasi kasus yang membutuhkan operasi caesar dalam jangka waktu yang tidak sebentar, dan biasanya dimiliki dokter spesialis obgyn setelah melalui lima tahun masa pendidikan.
"Jika dokter umum belum memiliki ketangguhan tersebut, risiko kesalahan, bukan karena kurangnya niat baik, tetapi karena keterbatasan persiapan dan pengalaman, bisa berakibat fatal," ungkap dr Nova.
Peran Tim Medis yang Solid
Dokter Nova mengatakan, operasi caesar bukanlah pekerjaan seorang dokter saja. Prosedur ini membutuhkan kerja sama tim yang melibatkan dokter anestesi untuk mengelola pembiusan umum dan dokter anak untuk melakukan resusitasi dan merawat bayi yang baru lahir.
"Tanpa kehadiran tim ini, keselamatan dua nyawa sekaligus, dalam hal ini ibu dan bayi menjadi taruhannya," ujar dr Nova.
Dia melanjutkan, "Bayangkan jika operasi dilakukan tanpa dokter anestesi, apakah pasien harus menjalani prosedur tanpa pembiusan? Atau saat bayi lahir, apakah dokter umum harus memilih antara menangani bayi yang biasanya disertai penyulit seperti APGAR score yang rendah atau menangani ibu yang mungkin mengalami perdarahan durante operasi? Keberadaan tim medis yang lengkap adalah elemen krusial yang tidak bisa digantikan."
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemahaman bahwa ketersediaan fasilitas penunjang seperti bank darah dan kelengkapan obat-obatan di daerah terpencil adalah penting.
Artinya, sebelum melakukan suatu operasi, apa pun itu termasuk operasi caesar, wajib melakukan persiapan operasi seperti pengecekan ketersediaan obat-obatan termasuk obat untuk pembiusan umum.
Kemudian, obat-obat emergensi jika terjadi penurunan tekanan darah mendadak selama operasi berlangsung atau kegawatdaruratan pada bayi yang baru lahir, dan cadangan darah sesuai dengan golongan darah pasien jika terjadi pendarahan selama operasi.
"Jika semua obat-obatan dan cadangan darah tersebut tidak tersedia di daerah terpencil, maka akan sangat beresiko meningkatkan angka kematian ibu dan bayi jika terjadi komplikasi selama operasi dan sesudah operasi," ungkap dr Nova.
Waspadai Risiko Komplikasi yang Nyata
Salah satu aspek paling mengkhawatirkan adalah potensi terjadinya komplikasi selama operasi. Misalnya, jika terjadi perdarahan hebat pada si ibu yang membutuhkan tindakan segera seperti pengangkatan rahim untuk menyelamatkan nyawa ibu.
"Nah, apakah dokter umum memiliki keahlian untuk melakukannya? Dalam situasi darurat seperti ini, kecepatan dan ketepatan sangat menentukan. Tanpa pelatihan spesialis yang memadai, risiko membahayakan nyawa ibu dan bayi menjadi sangat besar dan berpotensi akan meningkatkan angka kematian ibu dan bayi," ujarnya.
Dengan risiko-risiko tersebut, dr Nova mengatakan bahwa meningkatkan akses pelayanan kesehatan di daerah terpencil memang penting, tetapi hal ini tidak boleh mengorbankan standar keselamatan pasien.
Alih-alih menurunkan ambang kompetensi dengan mengizinkan dokter umum melakukan operasi caesar, pemerintah bisa mempertimbangkan solusi lain yang lebih aman. Apa saja solusinya? Simak beritanya sampai selesai.
1. Membuat kerjasama dengan program studi spesialis obgyn untuk mengadakan program rotasi penempatan PPDS tingkat akhir di daerah terpencil sebelum mereka menyelesaikan sekolah spesialisnya, tentunya mereka ini sudah lebih terlatih dan mempunyai lebih banyak pengalaman untuk melakukan operasi caesar ini dibandingkan dokter umum.
2. Memperkuat infrastruktur kesehatan dan melengkapi obat-obatan yang diperlukan serta ketersediaan bank darah di daerah terpencil.
3. Pemerataan pembangunan daerah terpencil agar mempunyai fasilitas hidup yang setara dengan kota-kota besar, sehingga mendorong pemerataan penyebaran dokter spesialis. Karena para dokter spesialis ini mendapatkan jaminan hidup layak untuk keluarganya yang akan mengikuti mereka pindah untuk bertugas di sana.
4. Berikan perlindungan dan jaminan keamanan bagi dokter spesialis dan keluarganya dalam menjalankan tugas di daerah terpencil.
"Kita tidak bisa menutup mata dengan adanya kejadian kriminal seperti kasus pembunuhan dokter di Papua dan dokter spesialis Orthopaedi yang meninggal dunia dalam perjalanan dirujuk akibat serangan jantung dan terlambat mendapatkan penanganan akibat fasilitas di daerah terpencil yang tidak memadai," ujarnya.
Langkah-langkah ini dapat menjaga kualitas layanan tanpa mengorbankan nyawa.
Dokter Nova menambahkan, sebagai masyarakat pastinya semua mendukung upaya pemerintah untuk memastikan setiap ibu dan bayi mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Namun, masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil tidak membawa risiko yang tidak perlu.
"Kesehatan ibu dan bayi adalah aset berharga bangsa yang harus dijaga dengan kompetensi medis terbaik. Wacana ini, meski bermaksud baik, perlu dikaji ulang agar tidak menjadi langkah mundur yang justru membahayakan mereka yang ingin dilindungi dan justru akan berpotensi meningkatkan angka kematian ibu dan bayi," papar dr Nova.