Jepang-Inggris Masuk Jurang Resesi, Jokowi: Kita Harus Hati-hati

Jepang-Inggris Masuk Jurang Resesi, Jokowi: Kita Harus Hati-hati

Ekonomi | inews | Senin, 6 Mei 2024 - 14:56
share

JAKARTA, iNews.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan sejumlah negara seperti Jepang hingga Inggris telah masuk jurang resesi ekonomi. Oleh karena itu, Jokowi mengingatkan jajarannya agar berhati-hati dalam mengelola fiskal dan anggaran. 

Jokowi menuturkan, resesi ekonomi ini salah satunya akibat pandemi Covid-19. Bahkan, saat ini pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya 3,2 persen.

“Beberapa negara telah masuk pada resesi Jepang, Inggris, dan beberapa negara Eropa berada di posisi ke sana, menuju pada resesi,” ucap Jokowi dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Senin (6/5/2024).

“Oleh karena itu kehati-hatian kita kelola fiskal dan anggaran betul-betul harus prudence dan hati hati. Jangan sampai ada uang serupiah pun meleset dari rencana yang kita buat. Perhatikan betul-betul skala prioritas,” tuturnya.

Pada kesempatan itu, Jokowi mengatakan bahwa semua negara saat ini takut terhadap harga minyak dunia dan masalah bunga pinjaman. 

“Semua pada takut masalah itu, karena begitu bunga pinjaman naik sedikit saja beban fiskal itu akan sangat, sangat besar. Sekali lagi oleh sebab itu kita harus betul-betul hati-hati kelola setiap rupiah anggaran yang kita miliki,” ucapnya.

Jokowi menyebut, pemerintah sudah memiliki rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan. 

“Kita masing-masing telah memiliki rencana kerja pemerintah atau RKP. Tetapi, yang belum adalah sinkron atau tidak dengan rencana besar yang kita miliki. Ini yang belum. Maka sinkronisasi itu menjadi kunci,” katanya.

Dia mencontohkan seperti pembangunan bendungan yang dilakukan pemerintah pusat, di mana selanjutnya dibangun irigasi primer. Namun, irigasi sekunder dan tersier sampai ke sawah tak dikerjakan, dan air dari bendungan tak sampai ke sawah-sawah. 

“Membangun pelabuhan, pelabuhan dibangun ke Kemenhub, tapi jalan, mestinya ini daerah, jalan ke pelabuhannya meski pendek cuma sekilo lima kilo tidak dijalankan. Ini yang namanya tidak sinkron dan tidak seirama. Semuanya harus inline dengan RPJMN semua inline sampai ke daerah harus segaris,” ujarnya.

Topik Menarik