Profil Sadiq Khan, Wali Kota Muslim Pertama London yang Pecah Rekor Menang 3 Periode

Profil Sadiq Khan, Wali Kota Muslim Pertama London yang Pecah Rekor Menang 3 Periode

Berita Utama | inews | Minggu, 5 Mei 2024 - 10:56
share

LONDON, iNews.id – Politikus Partai Buruh, Sadiq Khan, kembali terpilih sebagai wali kota London. Ini adalah ketiga kalinya secara berturut-turut politikus Muslim itu mendapat kepercayaan dari rakyat ibu kota Inggris itu untuk memimpin mereka.

Kemenangan Khan pun menorehkan sejarah baru bagi negeri Eropa itu. Dia tak hanya tercatat sebagai wali kota Muslim pertama di London, tetapi juga menjadi politikus pertama yang berhasil meraih jabatan tersebut sebanyak tiga kali dan secara berturut-turut pula.

Dilansir dari laman ensiklopedia Britannica, Sadiq Khan lahir di London pada 8 Oktober 1970. Sebelum menjadi wali kota, dia lebih dulu menekuni profesi sebagai pengacara dan politikus Partai Buruh.

Khan adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Orang tuanya adalah Muslim Pakistan yang tiba di Inggris tak lama sebelum kelahirannya. Dia dibesarkan di sebuah apartemen yang disewa oleh orang tuanya. Ayah Khan adalah seorang sopir bus. 

Setelah menuntaskan studi hukum di Universitas London Utara, Khan mengantongi sertifikasi sebagai advokat pada 1994. Bidang spesialisasi hukumnya menyangkut masalah hak asasi manusia (HAM). Selama berkarier sebagai pengacara, dia sering menangani kasus pelanggaran HAM di kalangan polisi dan lembaga pemerintah. 

Juga pada 1994, Khan memulai karier politiknya. Dia terpilih sebagai anggota dewan lokal di wilayah Tooting, London, dari Partai Buruh. Setelah anggota parlemen Partai Buruh setempat memutuskan untuk pensiun dari Parlemen Inggris, Khan memenangkan kompetisi untuk menggantikannya sebagai calon anggota legislatif dari partai itu. Dia pun terpilih menjadi anggota House of Commons atau Majelis Rendah Inggris pada Pemilu 2005.

Selama berkarier sebagai politikus, Khan dikenal sebagai politikus Islam yang berhaluan moderat. Dia sangat menentang cara-cara kekerasan dalam mengekspresikan pandangan keagamaan.

Posisi politik Khan yang semacam itu bukannya tanpa risiko. Dia pernah menerima ancaman pembunuhan dari kalangan muslim ekstremis. 

Kendati begitu, tak sedikit pula kelompok kanan radikal Inggris dan Barat menyerang latar belakangnya yang Muslim Pakistan. Bahkan, ketika dia memimpin London sejak 2016, para pembencinya menilai kemenangan Khan sebagai bukti ibu kota Inggris itu sudah “teracuni” oleh fenomena “Londonistan”. Julukan Londonistan sendiri bermula dari pandangan rasialis sebagian politisi Barat yang bereaksi atas pertumbuhan pesat populasi Muslim dan masjid di London sepanjang abad ke-20.

Pada Oktober 2008, Khan diangkat sebagai wakil menteri luar negeri Inggris. Setahun kemudian, dia dipromosikan menjadi menteri negara bidang transportasi.

Menyusul kekalahan Partai Buruh pada Pemilu 2010, Khan bersama rekan-rekannya harus menduduki bangku oposisi di parlemen. Enam tahun berselang, dia mencari cara untuk menaikkan kembali pamor partainya. Dia pun berhasil mengantongi tiket pencalonan wali kota London dari Partai Buruh.

Pada waktu itu, Wali Kota petahana London dari Partai Konservatif, Boris Johnson (yang kemudian hari menjadi perdana menteri Inggris) sudah dua periode menjabat. Dia tak ingin lagi mencalonkan diri untuk ketiga kali, sehingga tiket pencalonan dari partai tersebut diberikan kepada Zac Goldsmith. 

Akan tetapi, Goldsmith tidaklah sekarismatik Johnson. Sementara perolehan suara Partai Buruh di London berhasil mengungguli Partai Konservatif pada Pemilu 2015. Berbagai faktor tersebut mampu membantu Khan memenangkan Pemilihan Wali Kota London 2016.

Menurut Reuters, kemenangan Khan kala itu di luar perkiraan banyak orang. Sebab, sebagian kalangan berpikir bahwa agama Islam yang dianutnya bakal menyulitkannya untuk bertarung melawan Goldsmith—meski sosoknya tak sekuat Johnson. 

Pada 8 Mei 2021, Khan kembali terpilih menjadi wali kota London untuk kedua kalinya. Pada waktu itu, dia menang atas rival utamanya dari Partai Konservatif, Shaun Bailey.

Selisih kemenangan antara kedua kandidat tersebut terbilang tipis yakni 55,2 persen untuk Khan dan 44,8 persen suara untuk Bailey.

Topik Menarik