Perang Semakin Sengit, Pemerintah Myanmar Larang Para Pria ke Luar Negeri

Perang Semakin Sengit, Pemerintah Myanmar Larang Para Pria ke Luar Negeri

Berita Utama | inews | Sabtu, 4 Mei 2024 - 09:45
share

BANGKOK, iNews.id - Pemerintah junta Myanmar melarang para pria ke luar negeri untuk bekerja. Aturan ini diberlakukan terkait perintah wajib militer terhadap pria berusia 18 hingga 35 tahun.

Myanmar menghadapi pemberontakan sengit di perbatasan dengan beberapa negara seperti Thailand dan India. Kelompok minoritas memukul mundur bahkan menguasai sebagian wilayah di perbatasan.

Larangan yang diberlakukan sejak Kamis (2/5/2024) ini untuk mengantisipasi laki-laki dengan usia wajib militer kabur ke negara lain dengan alasan bekerja. Banyak warga Myanmar bekerja di negara-negara seperti Thailand, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab.

Pemerintah memberlakukan perintah wajib militer sejak Februari 2024, setelah mengalami kekalahan melawan kelompok separatis beberapa bulan sebelumnya. Sejauh ini hampir 100.000 laki-laki mengajukan izin tak bisa mengikuti wajib militer dengan alasan bekerja di luar negeri. Selain laki-laki, wajib militer juga diberlakukan bagi perempuan berusia 18 hingga 27 tahun.

Para pemuda Myanmar mengungkapkan keputusasaan mereka bisa keluar dari negaranya. Seorang pria 32 tahun yang siap berangkat ke Jepang mengaku terpukul dengan aturan itu.

"(Semua orang) Telah kehilangan harapan untuk masa depan," kata pria yang meminta identitasnya disembunyikan tersebut kepada BBC Burma, dikutip Sabtu (4/5/2024).

“Tidak ada peluang kerja di dalam negeri dan sekarang mereka melarang kami meninggalkan negara ini. Apa kita tidak boleh melakukan apa pun?" katanya.

Ko Phyo, pria 28 tahun asal Naypyitaw, mengatakan perintah dewan militer soal wajib militer memupus harapan generasi muda untuk memiliki prospek kerja.

Meski demikian sebagian pemuda yang nekat melakukan cara apa pun untuk keluar Myanmar. Puluhan ribu anak muda meninggalkan negara mereka sejak Februari, kebanyakan keluar menuju Kota Mae Sot di Thailand.

Sejak menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi dalam kudeta pada 2021, junta militer menghadapi pemberontakan dari beberapa kelompok minoritas hingga memicu perang saudara besar-besaran. Data PBB menyebutkan, perang telah merenggut ribuan nyawa dan membuat sedikitnya 2,6 juta orang mengungsi.

Topik Menarik